Kamis, 18 Oktober 2012

Termokimia


TERMOKIMIA

A.      ENERGI DAN ENTALPI
1.       Defenisi Energi
Energi adalah kapasitas untuk melakukan kerja (w) atau menghasilkan panas (kalor = q). Perpindahan energi antara sistem dan lingkungan terjadi dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor. Energi yang di pindahkan dalam bentuk kerja atau dalam bentuk kalor yang mempengaruhi jumlah total energi yang terdapat dalam sistem tersebut energi dalam (u). Perubahan energi dalam sistem dituliskan melalui persamaan   .
2.       Bunyi Hukum Kekekalan Energi
Bunyi hukum kekekalan energi adalah “Energi tidak dapat dimusnahakan atau diciptakan, tetapi dapat di ubah dari satu bentuk kebentuk lain”.
3.       Defenisi Entalpi
Entalpi (H)  adalah perpindahan energi dalam bentuk kalor yang tersimpan didalam suatu sistem.
4.       Apakah Entalpi dapat Diukur?
Entalpi dapat diukur apabila suatu sistem mengalami perubahan. Penjelasannya ialah energi yang disimpan suatu sistem tidak dapat diketahui dengan pasti , yang dapat diketahui adalah besarnya perubahan energi dari suatu sistem bila sistem tersebut mengalami suatu perubahan. Perubahan yang terjadi akan selalu disertai perubahan energi dengan besarnya perubahan tersebut dapat diukur.  

B.      REAKSI EKSOTERM DAN REAKSI ENDOTERM
1.       Defenisi Sistem
Sistem adalah bagian dari alam semesta yang menjadi pusat perhatian langsung dalam suatu percobaan tertentu.
2.       Defenisi Lingkungan
Lingkungan adalah bagian alam semesta yang berhubungan langsung (berinteraksi) dengan satu sistem atau segala sesuatu yang membatasi sistem.
3.       Defenisi Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm
Reaksi Eksoterm adalah reaksi kimia dengan sistem melepaskan kalor ke lingkungannya. Reaksi Endoterm adalah reaksi kimia dengan sistem menyerap kalor dari lingkungannya.
4.       Jelaskan Perbedaan Reaksi Eksoterm dan Reaksi Endoterm dari Diagram Reaksinya
Pada reaksi endoterm, entalpi bertambah, artinya entalpi produk (Hp) lebih besar daripada entalpi pereaksi (Hr). Maka perubahan entalpi  adalah selisih antara entalpi produk dengan entalpi pereaksi sehingga  bernilai positif.
Reaksi Endoterm :  = Hp - Hr > 0
Sedangkan Reaksi Eksoterm adalh kebalikan dari reaksi endoterm, dengan kata lain:
Reaksi Eksoterm :  = Hp – Hr < 0

C.      PENGUKURAN  MELALUI PERCOBAAN
1.       Jelaskan Prinsip Dasar Kalorimetri
Prinsip dasar kalorimeter adalah kalor atau perubahan entalpi  suatu reaksi kimia dengan menggunakan alat yang disebut kalorimeter. Kapasitas Kalor (C) adalah jumlah panas yang yang diperlukan untuk mengubah suhu suatu benda sebesar  1oC. Kapasitas panas bersifat eksentif berarti  bahwa jumlahnya bergantung pada ukuran zat. Kalor jenis (c) adalah jumlah panas yang diperlukan untuk meningkatkan suhu 1g zat sebesar 1oC. Panas spesifik bersifat intensif artinya jumlahnya tidak bergantung pada ukuran zat.
2.       Jelaskan Menghitung  dengan Menggunakan Kalorimeter
Ada dua jenis Kalorimeter untuk menghitung , yaitu:
v  Kalorimeter klasik
Disebut juga kalori meter cangkir kopi karena menggunakan cangkir kopi styrofoam sebagai tempan campuran reaksinya. Caranya :
a.       Mula-mula suhu pereaksi diukur, lalu pereaksi dicampurkan kedalam cankir kopi.
b.      Sesudah reaksi selesai, suhu dari campuran reaksi ini diukur.
c.       Berdasarkan perubahan suhu sebelum dan sesudah reaksi, nilai  reaksi dapat dihitung.
Reaksi yang dapat diukur dengan kalorimetr ini adalah reaksi-reaksi yang berlangsung pada tekanan tetap.
v  Kalorimeter Bom
Biasanya dipakai untuk mempelajari reaksi eksoterm yang tidak akan berjalan apabila tidak dipanaskan. Alatnya terdiri dari wadah yang terbuat dari baja yang kuat tempat reaksi berlangsung. Caranya:
a.       Wadah dimasukkan kedalam bak yang tersekat dengan dilengkapi pengaduk dan termometer.
b.      Suhu awal diukur, kemudian reaksi dijalankan dengan cara menyalakan pemanas kawat kecil yang berada di dalam wadah.
c.       Panas yang dikeluarkan reaksi diserap oleh wadah dan bak, sehingga menyebabkan suhu alat naik.
d.      Berdasarkan perubahan suhu dan kapasitas panas alat yang telah diukur, jumlah panas yang diberikan oleh reaksi dapat dihitung.
Dibandingkan dengan kalorimeter klasik, pengukuran dengan kalorimeter bom jauh lebih teliti.
D.      MENGUKUR  dari DATA PERCOBAAN
1.       Defenisi Persamaan Reaksi Termokimia
Persamaan termokimia adalah persamaan reaksi kimia yang menyertakan kalor reaksi atau perubahan entalpi reaksi.
2.       Hubungan Mol dengan  
Secara kuantitatif, perubahan energi berbanding lurus dengan jumlah molekulpada zat-zat kimia yang bereaksi atau zat kimia yang dihasilkan. Jadi dapat disimpulkan bahwa mol  
3.       Hubungan  dengan Jumlah Zat
Harga  bergantung pada jumlah zat. Contoh:
C(s) + O2  CO2 (g)                   = + 110,5 kJ
CO2 (g)  C(s) + O2 (g)              = - 110,5 kJ
2CO (g)  2C (s) + 2O2 (g)        = - 221kJ
Berdasarkan persamaan reaksi tersebut, dapat dijelaskan hal-hal berikut:
·         Jika reaksi dibalik, maka tanda  ikut dibalik (+ jadi – atau – jadi +)
·         Jika reaksi dikalikan sejumlah x, maka  pun dikalikan sejumlah x.
·         Jika reaksi dijumlahkan, maka  ikut dijumlahkan.
4.       Jelaskan Tentang Hukum HESS
Hukum HESS adalah suatu hukum yang berkaitan dengan termokimia. Hukum HESS dikemukakan oleh Germain Henry Hess pada tahun 1840, yang didasarkan pada fakta bahwa entalpi adalah fungsi keadaan. Artinya, perubahan panas atau kalor dari suatu reaksi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan akhir dari reaksi tersebut. Bunyi hukum HESS adalh:
“ Kalor suatu reaksi secara keseluruhan selalu sama, tidak dipengaruhi apakah reaksi itu dilaksanakan secara langsung atau tidak langsung dan lewat tahap-tahap yang berlainan”.
5.       Jelaskan Cara Menghitung  dengan Menggunakan Hukum HESS
Hukum HESS sangat berguna untuk menentukan  reaksi dari reaksi yang tidak dapat dilakukan dilaboratorium. Contohnya:
C(s) +  O2 (g)  CO(g) + O2 (g)
 reaksi tersebut dapat dihitung dengan memanfaatkan data  hasil percobaan reaksi-reaksi berikut.
C(s) + O2 (g)  CO2 (g)           = - 393,5kJ
CO(g) + ½ O2 (g)  CO2 (g)      = - 283,0kJ
E.        STANDAR
1.       Defenisi   Standar
Perubahan entalpi untuk reaksi kimia yang semua pereaksi dan produksinya dalam keadaan standar pada suhu tertentu disebut entalpi standar reaksi. Entalpi standar digunakan untuk membandingkan perubahan energi yang disebabkan oleh penyusunan ulang ikatan dalam reaksi yang berbeda-beda.
2.       Jelaskan Jenis  Standar
a.       Entalpi pembentukan standar f0
Perubahan entalpi pada pembentukan 1 mol zat langsung dari unsur-unsurnya disebut entalpi molar pembentukan atau entalpi pembentukan. Jika pengukuran dilakukan pada keadaan standar (298 k, 1 atm) dan semua unsur-unsurnya dalam bentuk standar, maka perubahan entalpinya disebut entalpi pembentukan standar (ΔHf 0). Entalpi pembentukan dinyatakan dalam kJ per mol (kJ mol -1).Supaya terdapat keseragaman, maka harus ditetapkan keadaan standar, yaitu suhu 25 0 C dan tekanan 1 atm. Dengan demikian perhitungan termokimia didasarkan pada keadaan standar. Nilai entalpi pembentukan dari berbagai zat serta persamaan termokimia reaksi pembentukannya diberikan pada tabel 2 berikut.
gb17

b.      Entalpi penguraian standar c0
Adalah perubahan entalpi yang terjadi pada penguraian 1 mol senyawa menjadi unsur-unsur penyusunnya pada keadaan standar. Jika pengukuran tidak dilakukan pada keadaan standar, maka dinotasikan dengan DHd. Satuannya = kJ / mol. Perubahan entalpi penguraian standar merupakan kebalikan dari perubahan entalpi pembentukan standar, maka nilainya pun akan berlawanan tanda. Menurut Marquis de Laplace, “ jumlah kalor yang dilepaskan pada pembentukan senyawa dari unsur-unsur penyusunnya = jumlah kalor yang diperlukan pada penguraian senyawa tersebut menjadi unsur-unsur penyusunnya. “ Pernyataan ini disebut Hukum Laplace.

c.       Entalpi pembakaran standar d0
Reaksi suatu zat dengan oksigen disebut reaksi pembakaran. Zat yang mudah terbakar adalah unsur karbon,hidrogen, belerang, dan berbagai senyawa dari unsur tersebut. Pembakaran dikatakan sempurna apabila karbon (c) terbakar menjadi CO2, hidrogen (H) terbakar menjadi H2O, belerang (S) terbakar menjadi SO2.Perubahan entalpi pada pembakaran sempurna 1 mol suatu zat yang diukur pada 298 K, 1 atm disebut entalpi pembakaran standar (standard enthalpy of combustion), yang dinyatakan dengan ΔHc0 . Entalpi pembakaran juga dinyatakan dalam kJ mol -1 .Harga entalpi pembakaran dari berbagai zat pada 298 K, 1 atm diberikan pada tabel 3 berikut.

gb18

F.       ENERGI IKATAN
1.       Defenisi Energi Ikatan
Energi ikatan adalah energi yang diperlukan untuk memutuskan 1 mol ikatan dari suatu molekul dalam wujud gas. Dalam energi ikatan molekul dwiatom digunakan istilah energi atomisasi, sedangkan dalam energi ikatan molekul beratom banyak digunakan istilah energi ikatan rata-rata, yaitu energi yang diperlukan untuk memutuskan satu mol ikatan tertentu pada senyawa tersebut.
2.       Cara Menghitung  dengan Menggunakan Data Energi Ikatan
Reaksi kimia antara molekul-molekul terjadi akibat adanya pemutusan ikatan yang ada dan pembentukan ikatan baru atom-atom. Baik pemutusan maupun pembentukan ikatan memerlukan energi.  merupakan selisih energi ikatan pemutusan dengan energi ikatan pembentukan. Berarti pula,  merupakan selisih dari energi ikatan pereaksi dengan energi ikatan hasil reaksi.
 reaksi =  

Rabu, 10 Oktober 2012

CERPEN


#CINTA di PANTAI PASIR PADI#
Lulus SMA, aku kuliah di Pulau Bangka tinggal bersama nenek dan kakekku. Berat rasanya meninggalkan orangtua, tetapi nenek dan kakekku menyuruhku untuk kuliah disana, jadi mau tidak mau, aku harus pergi. Di sana saudara-saudaraku menyambutku dengan senang, membuatku merasa tidak sia-sia datang kesini.
Disini aku tidak langsung mencari dan mendaftar ke perkuliahan, aku memutuskan untuk berjalan-jalan mengenal kota ini selama 3 hari. 2 hari berturut-turut aku mengunjungi tempat-tempat pariwisata bahkan tempat perbelanjaan di kota ini, tetapi ada satu tempat yang rasanya belum aku kunjungi, yaitu Pantai Pasir Padi. Jadi, tepat pada hari ketiga aku berjalan-jalan mengunjungi pantai itu seharian penuh. Sesuai banget dengan namanya, Pantai Pasir Padi. Pasirnya putih bagaikan padi, angin sepoi-sepoi berhembus dari laut menuju pantai menggoyangkan daun-daun pohon kelapa yang ada di pinggirnya. Dan juga banyak warung-warung kecil yang berdiri di sepanjang bibir pantai menambah indahnya suasana pantai itu. Aku terus berkeliling sampai aku melihat sesuatu yang membuatku takjub.
Diujung timur pantai aku melihat batu besar yang bentuknya sukar sekali untuk dibayangkan. Di batu itu juga banyak pasangan kekasih yang mengabadikan nama mereka dengan berbagai model tulisan menggunakan cat semprot. Karena aku merasa penasaran, jadi aku memutuskan untuk melihat –melihat disekitar batu itu. Tulisan pertulisan aku baca satu persatu, hingga aku sampai di ujung batu yang berlekuk. Karena asyik membaca tulisan, ketika hendak berbelok ke batu yang berlekuk itu, aku ditabrak seseorang dari arah yang berlawanan. Burgghhhh,,, aku jatuh terbaring dan dia berada diatas ku. Muka kami saling berhadapan, dan tanpa sadar handphone yang kugenggam terpelanting gak tau kemana. Aduuhhh malunya aku!!! Padahal dia yang nabrak, tapi karena aku yang dibawah, aku jadi malu sendiri! Sakitnya gak seberapa, tapi malunya? Minta ampun dehh, dilihat sama pasangan-pasangan kekasih yang ada disitu, terdiam bagaikan patung.
“Aduuhhhh......” aku merengek kesakitan didepannya untuk menghilangkan rasa maluku agar orang-orang gak salah paham sama kami.
“Ehhh maaf maaf, aku tidak sengaja!” katanya terburu-buru dan polos. Dia langsung berdiri dan mengulurkan tangannya untuk menolongku. Aku menerima uluran tangannya dan berdiri, memukul-mukul pakaianku untuk menghilangkan pasir-pasir yang menempel.
“Sekali lagi maaf ya! Aku gak sengaja. Habis tadi aku gak liat kalau ada orang dibalik batu ini.” Katanya meminta maaf padaku. Tetapi aku tidak memperdulikannya, aku masih membersihkan pakaianku, dan ternyata siku tanganku tergores kerikil.
“Yaahhh,, sudah sakit, pakai acara lecet lagi ini tangan!” Kata-kataku penuh penyesalan.
“Hah, sakit ya? Sini aku bantu!” dia mencoba untuk memegang tanganku. Tapi aku menolaknya.
“Sudah-sudah, tidak perlu! Aku bisa obatin sendiri kok.” Tolak ku tanpa memandang wajahnya lagi dan berbalik badan darinya.
“Dasar, orang aneh!! Sudah tau sakit, pakek acara tanya-tanya segala!” aku ngomel-ngomel sendiri, berjalan meninggalkannya, tanpa memikirkan sesuatu yang tertinggal.
Aku menuju kearah batu besar, duduk diatas batu itu membersihkan luka ditanganku dan memandang indahnya pantai. Tiba-tiba dari belakang seseorang mengagetkanku.
“Heii,,, kamu cewek yang tadi kan?” sapanya mengagetkan aku, dan langsung duduk disampingku.
 “Hah??? Eh iya iya!! Dan kamu cowok yang nabrak aku tadi kan?” saking gugup dan terkejutnya, omonganku sampai belepotan begini deh! Mana asal ngomong aja lagi! Bikin malu aja.
“Hehehe iya!! Maaf ya soal tadi! Aku gak sengaja!” katanya minta maaf lagi sama aku.
“Iya iya gak apa-apa! Salah aku juga gak liat-liat. Ada perlu apa kamu kesini?” aku coba memaafkannya. Lagi pula berdosa juga kalau gak aku maafin.
“Oh iya aku hampir lupa!” dia merogoh-rogoh saku belakangnya. Seperti mencari sesuatu yang penting.
“Ini punya kamu kan?” lanjutnya. Ternyata yang dikeluarkannya adalah sebuah Hp. Aku terkejut dan langsung mencari-cari Handphone ku, ternyata udah gak ada.
“Tadi aku menemukannya di bawah batu, mungkin terlempar sama kamu waktu terjatuh tadi! Aku berbalik mencari mu, tapi udah gak ada lagi.” lanjutnya lagi menerangkan.
“Coba aku liat!” aku mengambil dan melihat-lihat foto Hp itu, ternyata benar ini Hp ku.
“Hehehe, iya ini Hp ku! Terima kasih yaa, udah nemuin Hp aku? Ni Hp penting banget buat aku! Trus kamu koq bisa tau kalau aku ada disini?” aku malu banget udah beranggapan yang gak-nggak padanya.
“Oh itu!! Kamu kan tadi berjalan kearah sini, ya jadi aku cari aja kamu kesini, siapa tau kamu ada disini. Eh ternyata benar kamu ada disini.” terangnya lagi.
“Oohh gituu,,, terima kasih banyak deh udah nemuin dan susah-susah nyari aku untuk ngembali’in ni Hp. Dan juga,” omonganku seolah-olah terhenti. Aku ragu untuk mengucapkannya, tapi kulanjutin aja lagi.
“Maaf ya udah bersikap gak sopan tadi sama kamu, main pergi aja lagi.” Lanjutku malu, dengan kepala tertunduk.
“Iya gak apa, lagi pula kan aku yang salah, jalan gak liat-liat ada orang di depan.” Katanya memaafkanku.
Setelah itu kami terdiam satu sama lain tanpa satu kata pun yang terucap. Seolah-olah kami berada difikiran sendiri-sendiri, bingung memikirkan apa yang mau dikatakan. Hanya suara deburan ombak serta angin sepoi-sepoi yang berada ditengah-tengah kami.
“Ehh!!” ucap kami bersamaan tanpa sengaja, memecah kesunyian. Kami saling tatap, lalu berbalik membelakangi dengan perasaan malu.
“Aduuhhh, koq bisa bareng gini sih ngomongnyaa??” aku bicara pada diriku sendiri dalam hati. Lalu kami pun memandang kearah laut.
“Udah,, kamu aja dulu yang ngomong.” Pintanya padaku. Dari pada ngecewain dia, jadi aku dulu yang ngomong.
“Ehmm anu,, kamu orang sini ya?” aku mulai bicara.
“Iya benar. Kenalin nama aku Adi, Adi Sugiarto. Aku memang asli orang sini, kamu orang baru ya??” dia mengenalkan dirinya, aku jadi tambah malu. Nggak tau malu karena apa, pokoknya malu dah!
“Iya, nama aku Riri Syafitri, panggil aja Riri. Koq tau kalau aku orang baru disini?” aku bertanya lagi, karena merasa ada yang ganjal dihati.
“Ohh, kalau itu aku taunya karena setiap sore aku kesini, dan baru kali ini aku liat kamu!” jelasnya.
“Ooo,,,, emang kamu gak capek atau gak bosen apa kesini terus?” tanyaku masih penasaran.
“Tentu saja tidak! Selain aku tinggal didekat sini, pantai ini terlalu indah untuk ditinggalkan.”
Dari situlah awal pembicaraan kami dan terus berlanjut hingga tak terasa kalau matahari sudah sampai diujung ufuk barat. Dan kami pun berpisah. Esok harinya aku mendaftar kesalah satu kampus yang ada di Bangka, yaitu Snow Rose University. Wooww bukan main deh besar, megah, dan cantiknya ni kampus. Gak pernah terbayangkan ama aku kalau ada kampus seperti ini disini. 2 hari berikutnya aku kembali lagi kekampus melihat hasil siswa yang masuk di kampus itu. Dan alangkah senangnya aku, ternyata aku masuk diantara siswa-siswa yang lain.
Seminggu berlalu, tibalah hari pertama aku masuk kuliah, yaitu hari pelaksanaan OSPEK. Hari pertama aku melaksanakan OSPEK, tampak olehku mana kakak senior yang baik bagaikan snow alias salju, dan yang jahat ataupun galak seperti rose, alias mawar yang berduri. Aku sangat berhati-hati agar tidak dibenci oleh kakak-kakak senior disini. OSPEK kali ini sangat membuatku malu, dikepang dua, memakai bedak dingin, hidung badut, tas plastik, ada-ada aja deh!! Dan juga aku mendapat 2 teman satu gugus, Reni dan Rini. Mereka saudara kembar, dan kompak banget. Saat istirahat OSPEK, dari jauh aku melihat seseorang yang sepertinya aku kenal. Iya gak salah lagi, itu Adi!
“Adiii,,,,!!!” aku berteriak sekuat-kuatnya dan melambai-lambai sampai semua orang melihatku, baik teman, maupun kakak senior. Adi pun menoleh kepadaku.
“Ehh Ri, kamu apa-apaan sih??” Reni memukul tanganku.
“Aduhh, apa-apaan apanya?” aku mengelus tangan yang dipukul Reni tadi dan meminta penjelasan.
“Iya ni Riri. Kamu gak sadar apa, kamu tu salah!!!” Sanggah Rini yang membuatku tambah bingung.
“Salah apanya sih??? Aku jadi tambah bingung!!” Aku menggaruk-garuk kepala.
“Kamu tu salah, salah besar!! Kamu tau gak, dia itu siapa? Dia tu orang penting disini!!!” Tambah Rini.
“Adi maksudnya? Emang dia sepenting apa sih?” jawabku enteng.
“Ihhh kamu ini!!! Jangan sembarangan dengan dia!! Dia itu kakak senior kita!” geram Reni.
“Itu aja?? Ahh, gak penting-penting amat menurutku.” Jawabku acuh tak acuh.
“ Bukaan!! Aku belum selesai! Dia itu juga mahasiswa paling ganteng disini, semua cewek ngejar-ngejar dia! Udah tu dia juga anak dari donatur terbesar dikampus ini, anak terpintar lagi. Jadi kamu jangan macem-macem dan jangan memanggilnya dengan sebutan Adi lagi kalau kamu masih mau kuliah disini!” jelas Reni.
“Apaaa?? Kenapa gak bilang dari tadi? Aduhh gimana ni?? Aku harus kabur kemana sekarang?” teriakku histeris. Aku gelisah banget, dan ketakutan membuat aku panik sepanik-paniknya.
“Hmmmm udah terlambat untuk kabur, dia dan teman-temannya udah 2 meter dari kita. Tamatlah riwayat kita sekarang!” jawab Rini dan Reni pasrah. Kami terdiam melihat Adi dan kawan-kawannya menghampiri kami.
“Hei Riri, apa yang sedang kamu lakukan disini?” Adi bertanya langsung padaku.
“Aaaaaa, maaf kak, maafin aku. Aku gak sengaja manggil kakak, aku gak tau kalau kakak adalah kakak senior aku, kejadian yang kemarin-kemarin anggap aja angin lalu, dan anggap saja aku ini gak pernah ada!” saking takutnya aku ngomong kebablasan, bersujud-sujud dibawah Adi, sampai semua orang bingung melihatku.
“Hei Di, apa yang sedang dia lakukan? Seperti maling tertangkap saja?” bisik temannya pada Adi.
“Entahlah, aku juga tidak tau. Perasaan aku gak melakukan apa-apa.” Adi bingung melihatku. Sejenak aku terdiam dan bangkit dari sujud.
“Hahahahahahaha.” ledak tawa terdengar seperti mengejekku, aku merasa malu sekali. Bahkan 2 temanku juga merasakannya.
“Sudahlah Ri, nanti sore sepulang dari kuliah, temui aku di tempat kemarin!” ucap Adi dan berlalu meninggalkanku.

Setelah itu terus terfikirkan olehku, tentang kata-kata temanku dan Adi yang membuatku takut untuk menemui Adi, sampai tiba waktu pulang aku terus memikirkannya, bagaimana kalau nanti Adi marah besar dan langsung mengeluarkanku dari kampus? Aduhh bisa gawat, masa baru satu hari masuk kuliah udah dikeluarin? Apa nanti kata keluargaku? Tanpa terasa, aku sudah sampai saja di pantai, dan hanya 3 meter lagi dari batu. Di atas sana, sudah ada Adi duduk menungguku, aku jadi tambah takut dan ingin pergi dari situ. Saat aku ingin membalikkan badan ingin berlalu dari situ, Adi memanggilku.
“ Ririii, tunggu apalagi disitu?? Ayo cepat naik!!!” teriak Adi memanggilku.
“Hahh, iya iya tunggu bentar. Aku akan datang!” balasku.
Aku jadi deg-degan, badanku bergetar akan ketakutan dan kemarahan Adi nanti. Tetapi, aneh banget kalau emang dia marah, tapi koq dari kampus tadi, wajahnya fine fine aja tuh, gak ada sedikitpun kemarahan dimukanya. Ahh aku coba aja deh untuk menghampirinya. Aku duduk disampingnya. Awalnya aku terdiam, memikirkan kata-kata yang tepat untuk meminta maaf. Tapi akhirnya aku buka mulut juga.
“Kak, maafin aku ya?” aku mencoba bicara duluan.
“Maaf untuk apa?” jawab Adi bingung.
“Aku gak tau kalau kakak itu kakak senior aku, anak donatur terbesar, dan orang yang terkenal dikampus!” jelasku.
“Apa yang kamu bicarakan? Emangnya kalau aku kayak gitu kamu mau apa? Menjauhiku?” tanyanya bertubi-tubi padaku.
“Bukan, bukan begitu kak!” aku udah mulai gugup dan takut.
“Bukan begitu gimana? Emang benar sih, kalau aku itu seperti apa yang kamu sebut tadi, tapi aku gak mau diperlakukan seperti raja, disanjung-sanjung. Dan juga masalah terkenal itu, itu hanyalah tanggapan orang, aku gak merasa seperti itu, mereka saja yang berlebihan. Dan juga, jangan memanggilku kakak lagi, panggil saja Adi, A De I. Ngerti?” jelas Adi panjang lebar.
“Iya deh kalau gitu, gak perlu pakai emosi juga kali!” kataku untuk mendinginkan suasana.
“Gimana gak emosi kalau kamu juga ikut-ikutan bersikap seperti itu padaku.” Jawab Adi.
“Iya iya, aku minta maaf! Oiya, aku gak nyangka kalau aku bisa satu kampus ‘ama kamu, beruntung banget kayaknya aku. Hehehe!” aku mulai bercanda. Kami terus mengobrol sampai hari memisahkan kami.
Hari-hari berikutnya aku sudah tidak canggung lagi di kampus, bahkan setelah selesai OSPEK. Selain dekat dengan 2 temanku, aku juga semakin dekat dengan Adi, walaupun dia kakak kelas, tetapi hampir setiap jam istirahat kami selalu bertemu. Sampai-sampai banyak orang yang salah tanggap pada kami, yang katanya aku dan Adi berpacaran. Padahal kami hanya berteman.
Suatu hari, Adi datang menghampiriku di ruang kelas, dia mengajakku untuk main kepantai lagi usai kuliah, tanpa ragu aku menerimanya dengan senang hati. Dan usai kuliah Adi sudah menungguku di pintu gerbang kampus dengan motornya. Dia menyuruhku naik dibelakangnya, awalnya aku gak mau, habis gak enak dilihatin sama kakak-kakak senior dan teman-temanku. Apalagi nanti kata mereka tentang kami? Tapi aku juga memikirkan perasaan Adi, nanti kalau aku tolak pasti dia bakal marah besar padaku. Yah apa boleh buat lah, lebih baik aku mementingkan perasaannya dari pada pertemanan kami usai disini. Aku naik dibelakangnya, semua orang disitu melongo alias terdiam seperti sapi ompong melihat kami. Karena malu, aku menundukkan kepalaku sampai di pantai. Seperti yang sudah-sudah, dipantai kami selalu duduk diatas batu awal perjumpaan kami. Di atas situ, kami duduk terdiam menghadap laut, lalu Adi pun mengeluarkan kata-kata yang membuatku terkejut.
“Riri, kamu mau gak jadi pacar aku?” kata Adi yang langsung pada intinya itu membuatku seperti tak bernafas. Bagaikan waktu berheti, angin berhenti berhembus, dan suasana sepi sekali. Sampai ombak yang terhempas dibatu yang kami duduki membuatku terbangun dari suasana.
“Hah??? Hahahahahaha,,,, bercandamu jelek Di, alias basi. Hahahaha!” tawaku memecah tak percaya apa yang dikatakan oleh Adi.
“Aku serius Ri!!! Kamu gak liat muka aku?” Adi mencoba meyakinkanku.
“Kamu serius? Tapi, apa nanti,,,” kata-kataku terputus.
“Nanti apa? Kata-kata orang? Biarin aja. Aku gak mikirin kata orang, tapi aku memikirkan kata hatiku.” Adi memegang pipiku.
“Apa kamu gak menyesal?” aku ragu akan pernyataan Adi.
“Untuk apa aku menyesal kalau ini yang hatiku inginkan?” melepas tangannya dari pipiku.
“Baiklah kalau begitu.” Aku menerima Adi sebagai pacarku. Adi memberiku setangkai bunga mawar yang aku tanam dihalaman rumahku.
Sejak jadinya aku dan Adi berpacaran, banyak gosip-gosip yang terdengar, ada yang benar dan ada juga yang dibuat-buat, tapi itu tidak membuatku goyah untuk tetap mencintai Adi, begitu juga Adi padaku, banyak teman-temannya yang mengejek-ngejek dirinya berpacaran dengan anak miskin sepertiku. Ya, ku akui memang hidupku gak mewah-mewah amat, tapi yang penting aku dan keluargaku masih tetap bertahan dari jerat kemiskinan, dan Adi pun tidak memikirkan hal itu, bahkan dia bertambah sayang padaku akan hal itu, setiap Adi mengajakku ke pantai ataupun datang kerumahku, dia selalu membawakan bermacam-macam bunga untukku. Dia tau banget kalau aku menyukai bunga, setiap bunga yang ia berikan, selalu aku tanam dihalaman rumah, Adi pun juga mengetahui akan hal itu.

Tidak terasa hubungan kami sudah berjalan setengah tahun, dan besok adalah hari ulang tahun Adi, malamnya akan diadakan pesta besar. Seluruh mahasiswa dikampus diundangnya. Aku selaku pacarnya bingung sekali akan hal itu! Gaun apa yang pantas untukku. Aku tidak mempunyai gaun yang indah, mewah ataupun mahal. Dan juga aku bingung memikirkan hadiah yang cocok untuk Adi. Pusing berfikir, aku memutuskan untuk memakai pakaian bagus yang aku punya saja, aku tidak mau membuang-buang uang dengan percuma hanya untuk sebuah gaun, lagi pula Adi tidak suka kalau aku berfoya-foya. Dan hadiahnya, aku membuat sendiri bingkai foto, dan mencuci foto kami berdua saat duduk dibatu perjumpaan kami. Besok malam aku berangkat kepesta Adi dengan diantar oleh pamanku. Disana Adi telah menungguku, aku langsung memberikan hadiah kepadanya, lalu dia membawaku masuk kepekarangan rumahnya. Ternyata pestanya disekitar kolam renang miliknya, dan orang tuanya sudah menunggu disana.
“Adi,, mana pacarmu?” Mamanya bertanya.
“Malam Om, Tante? Saya Riri pacar Adi!” aku deg-degan banget ngomong sama orangtuanya Adi. Aku mengulurkan tanganku, tetapi alangkah sedihnya hatiku, uluran tanganku tidak dibalas baik oleh orangtua Adi.
“Iya Pa, Ma, ini Riri pacar Adi!” tambah Adi. Orangtua Adi tidak memperdulikan kami dan langsung pergi melihat tamu yang lain. Aku mencoba untuk sabar memahami perasaan orangtua Adi.
“Udah gak perlu difikirin, orangtuaku emang begitu!! Oiya, tunggu sebentar, aku ambilkan minum dulu!” Adi menenangkanku dan berjalan meninggalkanku.
Aku melihat kesana kemari, melihat tamu yang datang. Pandangan mereka begitu tajam padaku. Tiba-tiba ada orang menyenggolku dari belakang, dan mengambil Hp ditanganku.
“Ahaa,,, kita dapat Hp nya ni, mau kita apakan enaknya ya??” teman-teman Adi menggodaku, mereka mengambil dan memain-mainkan Hp ku.
“Gimana kalau kita cemplungin aja ke air? Pluung!!! Hahahaha!!!!” mereka menggantung Hp ku diatas kolam renang dan ingin memasukkan Hp ku ke air.
“Jangan!!! Jangan dimasukkan!! Itu Hp ku satu-satunya!” aku mencoba untuk menggapai, tapi tidak sampai.
“O o o o! Kasihan sekali sih? Beli Hp ginian aja gak bisa! Oya aku lupa, dia kan kismin! Eh miskin maksudnya. Hahahaha!!!” salah satu dari mereka mengejekku, aku mulai merasa malu.
“Udah udah, masukin aja tu Hp.” Tambah satunya lagi.
“Okey, okey!” Yang memegang Hp ku mulai mendekati kolam.
“Jangaaaaannnn!” aku berteriak.
“Satuuu,,,,,,dua,,,,,,tiga,,,,,” mereka melepas Hp ku.
Pluuung Hp ku masuk kekolam, aku berusaha mengambilnya, dan terjun kekolam. Bodohnya akuuu!!! Udah tau gak bisa berenang pakek acara masuk kolam. Alhasil aku hampir tenggelam. Dari jauh Adi berlari dan terjun kekolam. Byurrrr, dia menyelamatkanku sampai di atas kolam dia marah besar pada temannya, dan menghentikan acara yang sedang berlangsung itu. Aku kedinginan, orangtua Adi tidak suka melihatku, akhirnya aku pulang diantar oleh Adi. Keesokan harinya aku tidak masuk kuliah, aku flu gara-gara kejadian tadi malam.
Sore harinya Adi datang mengunjungiku, dia takut terjadi apa-apa padaku.
“Di, maafkan aku ya? Gara-gara aku, pestamu jadi berantakan dan dihentikan!” ucapku menyesal akan yang terjadi semalam.
“Untuk apa kamu minta maaf? Seharusnya aku yang minta maaf, gara-gara temanku kamu jadi seperti ini!” sesal Adi.
“Aku gak kenapa-napa koq! Cuma flu aja.” Kataku untuk menghilangkan kecemasan Adi.
“Oya, ini Hp nya, aku ganti yang baru, yang lama udah gak bisa dibenerin.” kata Adi. Saat aku ingin mengambil Hp yang diberikan Adi, tiba-tiba dia terbatuk menutupi mulut dengan sapu tangannya, dan tak lama ia jatuh pinsan.
“Adi, adi? Bangun Adi, Adiiiii!!!” aku membangunkannya tetapi ia tidak bangun-bangun.
Aku menangis dan membawanya kerumah sakit, lalu ku menelephon orangtuanya. Tak lama merekapun datang.
“Dasar kamu ini anak pembawa sial! Kemarin kamu hancurkan pesta anakku, dan sekarang kamu mencelakakannya, dasar anak tidak tau diuntung! Pergi kamu dari sini dan jangan  ganggu Adi lagi.” bentak ayah Adi.
Aku tidak sempat  untuk menjelaskan apa yang terjadi. Sebelum ayahnya bertambah marah, aku pergi dari situ. Disitulah aku baru sadar betapa bencinya orangtua Adi kepadaku. Maka dari itu aku mencoba untuk tidak bertemu lagi dengan Adi. Tiba dirumah aku melihat saputangan yang ditinggal Adi. Ada sedikit darah disapu tangan itu, membuatku jadi curiga apa yang sebenarnya terjadi pada Adi.
3 hari berlalu, Adi sudah dapat pulang kerumah. Dan sudah bisa masuk kampus. Setiap berjumpa dengannya aku selalu menghindar, sehingga timbul curiga pada Adi. Selesai kampus aku pergi kepantai duduk di batu memandang laut. Tiba-tiba Adi datang, aku mencoba untuk lari, tetapi Adi sudah dulu memegang tanganku.
“Ada apa Ri? Mengapa kamu selalu menghindar dari ku? Apa yang salah denganku?”tanya Adi.
“Lupakan aku Di, aku tidak pantas untukmu, cari saja cewek yang lain yang lebih dari ku, ini sapu tanganmu, anggap saja selama ini kita tidak pernah kenal!” aku mengalih pembicaraan Adi, dan melepaskan pegangan Adi.
“Tunggu,,, pasti ini gara-gara orangtuaku kan Ri? Mengapa kamu begitu percaya dengan mereka? Aku tidak mau kehilangan kamu Ri! Sudahlah, ikut aku! Kita jumpai orangtua ku!” Adi menarik tanganku, aku hanya bisa terdiam.
Sampai kami dirumah Adi, orang tuanya langsung marah-marah pada kami.
“Adi!!! Mengapa kamu bawa lagi gadis sial ini kesini? Dia hanya bisa membawamu celaka! Usir dia!!” Papa Adi menyuruh Adi untuk mengusirku.
“Tidak Pa, aku mencintainya, aku tidak mau kehilangannya!” Adi mencoba untuk melindungiku.
“Persetan dengan cinta! Hei kamu gadis miskin, pergi sana jauh-jauh, jangan kembali lagi dikehidupan anakku.” Bentak Papa Adi mengusirku.
Mendengar itu, aku lari keluar rumah meninggalkan Adi, aku tidak mau lagi dihina oleh Papa Adi.
“Papa, mengapa Papa begitu tega padaku?” kata Adi marah.
“Ini demi kebaikanmu nak!! Sekarang masuk kekamarmu!” jawab Papa Adi.
“Tapi Pa,,,,” Adi ingin melawan tapi tak bisa. Dia masuk kekamarnya dengan penuh emosi.
Tak lama terdengar suara vas bunga terjatuh dikamar Adi. Orangtua Adi berlari menuju kamar, ternyata mereka menemukan Adi tak sadarkan diri. Mereka menelephon dokter kerumah. Dan Adi dirawat dirumah. Suatu malam, orangtua Adi berbicara.
“Pa, apa sudah waktunya kita memberitahu Adi tentang penyakitnya?” ucap Mama Adi.
“Tidak Ma, Papa masih takut untuk kehilangan Adi.” Tolak Papa Adi. Tiba-tiba Adi muncul dari kamarnya.
“Apa yang harus Adi ketahui Pa? Mengapa Papa begitu takut kehilangan Adi? Apa sebenarnya yang terjadi pada Adi?” Adi meminta jawaban. Tapi orang tuanya hanya tertunduk diam tak mau bicara.
“Jawab Pa, Ma? Apa Papa sama Mama mau liat Adi mati disini?” dengan muka bertambah pucat Adi membentak dan mengancam.
“Baiklah nak, mungkin ini sudah waktunya! Sebenarnya kamu terkena penyakit TBC, dan dokter bilang umurmu tidak lama lagi! Itu lah yang membuat Papa dan Mama takut kehilanganmu dan tak ingin kamu diganggu oleh siapapun karna itu akan membuatmu dan mereka menjadi sedih!” jelas Papa Adi.

Setelah mendengar itu Adi terdiam bagai patung dan kembali jatuh pingsan. Mama Adi menangis melihat keadaan Adi yang semakin memburuk itu. Mereka mengangkat Adi kekamar. Aku tidak mengetahui apa yang terjadi pada Adi, aku menghabiskan waktu untuk kepantai dan menanam bunga yang diberikan oleh Adi dibelakang batu yang sering kami duduki. Aku tidak berani untuk menjenguk Adi, pasti orang tuanya tidak mengizinkanku untuk bertemu dengan Adi. Seminggu kemudian Adi barulah sadar, dan dia mempunyai suatu permintaan pada orangtuanya. Dilain tempat aku merawat bunga-bungaku dengan baik sehingga semua bunga itu bermekaran hari ini juga.
“Ma, Pa, Adi punya satu permintaan pada Papa dan Mama!” ucap Adi dengan tertatih-tatih.
“Minta apa Nak? Pasti akan kami turuti!” jawab Mama Adi.
“Aku ingin menemui Riri Ma, Pa! Aku ingin memberikan hari yang paling terindah yang terakhir kali untuknya!” pinta Adi.
“Tapi Di, kondisi kamu masih belum stabil! Tunggulah saat sehat!” saran Papa Adi.
“Bukankah Papa sendiri yang bilang kalau umurku tidak akan lama lagi? Aku mohon Pa, untuk yang terakhir kali!” Adi memelas.
“Baiklah, tapi kamu tidak boleh terlalu capek, dan jangan pergi terlalu jauh.” Pesan Papa Adi.
Setelah mendapatkan izin, Adi langsung berangkat menuju pantai dan tak lama pergi menjemputku.
“Riri, ayo ikut aku!” Adi menarik tanganku, tetapi aku menolaknya.
“Adi! Apa yang kamu lakukan disini? Pulanglah kerumahmu, orangtuamu tidak mengizinkanku untuk dekat denganmu, lagi pula sekarang kamu sedang sakit!” aku memarahi Adi.
“Untuk kali ini saja Ri, setelah itu kamu boleh melupakanku untuk selamanya!” Adi langsung saja menarikku dan membawaku pergi kepantai.
Ternyata dipantai Adi sudah menyiapkan sesuatu yang indah sekali di atas batu awal perjumpaan kami. Di batu itu ia melukis 2 wajah pasang kekasih yang dilingkarinya dengan bentuk hati dan menulis nama kami berdua dan juga, Adi menyediakan makanan untuk kami berdua diatas batu itu. Walau sederhana tapi itu membuatku senang sekali.
“Adi, untuk apa kamu siapkan semua ini? Lebih baik kamu istirahat saja dirumah. Mukamu begitu pucat!” aku seolah tak percaya apa yang dilakukan Adi, padahal ia sedang sakit.
“Riri, disini aku ingin menunjukkan betapa besarnya cintaku padamu seperti laut ini, putih seperti pasir Pantai Pasir Padi ini, keras seperti batu ini, dan awet seperti angin yang slalu berhembus dari laut. Aku gak mau kehilanganmu Riri, walaupun ajal memisahkan kita!” Ungkap Adi.
Disitu aku mulai curiga, apa sebenarnya maksud dari perkataan Adi. Tapi aku gak mau menanyakannya, aku takut membuat Adi sedih. Kami memakan makanan yang sudah disediakan oleh Adi, setelah makan kami memandang laut dan aku bercerita tentang bunga yang kutanam di belakang batu.
“Adi, aku punya kejutan untukmu!” ucapku. Aku ingin membuat Adi senang.
“Lihatlah dibelakang batu ini, bunga-bunga yang bermekaran itu, aku yang menanamnya, dan bibitnya ku ambil dari bunga yang kamu berikan padaku!” lanjutku. Adi tersenyum bahagia mendengarnya, seolah-olah aku merasakan hal itu dari senyumannya.
“Riri, seandainya aku lebih dulu pergi meninggalkanmu, relakanlah aku. Dan biarkanlah bunga-bunga ini yang menemanimu menggantikanku.” Sejenak Adi terdiam.
“Haaahhhh,,,  senangnya aku hari ini bersama kekasih hati menikmati indahnya pantai sampai matahari tenggelam. Terimakasih Riri, atas hadiahmu dan kesediaanmu menemaniku selama ini! Ayo kita pulang!” kata-kata Adi penuh makna yang tak aku mengerti. Dia langsung menarikku untuk pulang. Sesampainya dirumahku,
“Riri, mulai saat ini, lupakanlah aku, carilah penggantiku, dan jangan memikirkanku lagi!” pinta Adi yang membuatku marah.
“Apa maksudmu Di? Jadi semua yang kita lakukan hari ini hanya untuk mengatakan ini padaku? Kata-kata yang membuatku sakit? Kamu tega Adi! Kamu tak tau betapa besarnya cintaku padamu, bukan karena materi! Tetapi karna hatimu Adi! Kamu tega padaku!” aku menangis, marah pada Adi, dan masuk rumah meninggalkan Adi.
Tak lama melihatku, Adi pun pergi! Aku menangis tak kuasa mendengar kata-kata Adi, dan berfikir mengapa Adi melakukan hal itu. Aku sadar, aku tidak perlu memarahi Adi, mungkin ada maksud lain dari Adi. Aku akan meminta maaf padanya esok pagi.
Esok paginya, pagi-pagi sekali aku datang kerumah Adi dengan maksud untuk meminta maaf. Tapi alangkah terkejutnya aku! Dirumah Adi banyak orang yang datang, bendera-bendera kecil berwarna kuning berkibaran. Aku bertanya dengan orang yang ada disitu.
“Maaf pak, ada apa ya? Kok ramai sekali dirumah Adi? Siapa yang meninggal?” aku bertanya pada salah satu orang. Tetapi tidak satu jawabanpun yang kudapat. Aku bertambah penasaran dan masuk kerumah Adi! Bertambah terkejutnya aku setelah melihat siapa yang terbaring kaku diselimuti kain kafan itu!
“Adiiii,,,, apa yang terjadi padamu Di? Mengapa kau meninggalkanku begitu saja? Apa ini maksud dari semua yang kau katakan semalam? Mengapa kau tidak bilang kalau kau akan pergi untuk selamanya?” aku menangis tersedu-sedu memeluk Adi, tak percaya Adi meninggalkanku secepat ini. Mama dan Papa Adi yang melihatku mencoba untuk menenangkanku.
“Sudahlah Ri, jangan kau tangisi lagi Adi! Biarkanlah dia pergi dengan bahagia meninggalkan kita!” nasehat Mama Adi.
“Mengapa Adi pergi secepat ini Tante? Apa yang sebenarnya terjadi pada Adi?” aku meminta jawaban.
“Inilah yang tidak kami inginkan Riri! Kami tidak mau memberi tahumu kalau Adi menderita penyakit TBC, kalau kau tau, pasti kau akan lebih sedih lagi! Kami tidak ingin banyak orang yang menderita akibat ini!” jelas Papa Adi.
“Apaaa??? Mengapa Om dan Tante tidak bilang dari dulu? Aku sudah banyak berfikir salah pada Adi, dan belum sempat untuk meminta maaf padanya! Disaat aku ingin meminta maaf, dia sudah pergi. Adiii,,, maafkanlah aku yang sudah memarahimu semalam tanpa tau maksud mu Adi,, maafkanlah aku!” Aku masih memeluk Adi dan tetap menangis.
            Sampai pemakamanpun aku tetap menemani mengantarkan Adi bahkan setelah orang-orang mulai pulang, aku tetap duduk didepan nisan.
“Adi, mungkin inilah terakhir kalinya aku melihatmu, begitu sulit ku percaya akan hal ini Adi! Hidup tenanglah kau disana. Selamat tinggal Adi!” kata-kataku seolah berbisik pada Adi. Lalu aku pergi meninggalkan pemakaman, aku pulang kerumah dan memutuskan untuk kembali ke Riau  setelah habis semester.
 Hari-hariku sepi tanpa senda gurau bersama Adi! Dipantai aku memandang laut sendiri tanpa Adi disampingku, hanya bunga-bunganya yang masih mau menemaniku. Selesai semester aku berpamitan pada nenek, kakek, keluarga, dan juga orangtua Adi. Sebelum pulang, aku pergi kepantai dulu untuk yang terakhir kali. Aku duduk termenung diatas batu.
“Ini adalah saat terakhirku berada disini! Jagalah baik-baik dirimu Adi! Tetaplah mekar menemani batu ini.” aku berbicara pada bunga-bunga yang kutanam dan turun meninggalkan pantai.
“Selamat jalan Adi!! Selamat jalan!! Aku senang mempunyai pacar sepertimu! Walaupun kau telah tiada, tetapi cinta kita kan tetap hidup dan indah seperti Pantai Pasir Padi! Selamat tinggal Adi!!” kalimat-kalimat terakhirku yang ku curahkan dalam hatiku.
Setelah itu aku pergi meninggalkan Bangka dan pulang ke Riau tempat orangtuaku, dan menjalani hari-hari yang baru...
*SELESAI*