BERKARYA
SENI TEATER
Hal-hal yang harus
diperhatikan dalam membuat skenario film sebagai berikut.
1.
Jenis Cerita
Adapun
jenis-jenis cerita dalam teater yang dapat kita pilih yaitu:
·
Cerita
Sejarah
Adalah drama yang menyajikan kisah sejarah dengan tokoh dari peristiwanya.
Adalah drama yang menyajikan kisah sejarah dengan tokoh dari peristiwanya.
·
Cerita
sedih atau penderitaan
Adalah drama yang mengeksploitasi kesedihan atau penderitaan. Jenis drama ini banyak disajikan dalam sinetron bersambung di televisi.
Adalah drama yang mengeksploitasi kesedihan atau penderitaan. Jenis drama ini banyak disajikan dalam sinetron bersambung di televisi.
·
Cerita
tragedi
Adalah drama yang berakhir dengan kesedihan. Hal ini untuk memberikan kesan mendalam yang disimpan dalam benak penonton setelah pertunjukan selesai. Contoh: Romeo dan Juliet, Titanic.
Adalah drama yang berakhir dengan kesedihan. Hal ini untuk memberikan kesan mendalam yang disimpan dalam benak penonton setelah pertunjukan selesai. Contoh: Romeo dan Juliet, Titanic.
·
Cerita
lucu
Adalah drama yang mengandung kelucuan. Dilihat dari sifat kelucuannya, drama komedi terbagi lagi menjadi:
Adalah drama yang mengandung kelucuan. Dilihat dari sifat kelucuannya, drama komedi terbagi lagi menjadi:
a.
Komedi
situasi: Kelucuan teraspirasi dari situasi dan kondisi yang direncanakan.
Contoh: Bajaj Bajuri, Office Boy.
Contoh: Bajaj Bajuri, Office Boy.
b.
Komedi
slapstic: Kelucuan ditimbulkan dari korban kejahilan.
Contoh: Warkop, Mr. Bean, Home Alone.
Contoh: Warkop, Mr. Bean, Home Alone.
c.
Komedi
satire: Kelucuan mengandung sindiran dan hikmah.
Contoh: Kiamat Sudah Dekat, Mrs. Doubtfire.
Contoh: Kiamat Sudah Dekat, Mrs. Doubtfire.
d.
Komedi
farce: Kelucuan dari dialog dan gerak yang agak dibuat-buat. Contoh: Srimulat,
Extravaganza (meskipun keduanya berbeda konsep).
·
Cerita
Misteri
Adalah drama yang menahan perhatian penonton dengan suspense/ ketegangan, baik yang berasal dari tindak kriminal atau makhluk gaib.
Adalah drama yang menahan perhatian penonton dengan suspense/ ketegangan, baik yang berasal dari tindak kriminal atau makhluk gaib.
·
Drama
Action/laga
Adalah drama yang banyak menampilkan adegan konfrontasi baik dengan sedikit atau banyak thriller, dengan seting tradisional, modern, maupun fiksi ilmiah.
Adalah drama yang banyak menampilkan adegan konfrontasi baik dengan sedikit atau banyak thriller, dengan seting tradisional, modern, maupun fiksi ilmiah.
2.
Menentukan Tema
Tema adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi
suatu lakon baik dalam film, drama dan sebagainya. Tema drama merujuk pada
sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis
naskah, sedangkan tema perfilman merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok
persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis skenario . Tema itu bersifat umum
dan terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita. Tema Utama
adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon tersebut, sedangkan
tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat
dalam drama yang mendukung tema utama.
3.
Kriteria Cerita yang Baik
Kriteria
cerita yang baik yaitu:
·
Di
persatukan dalm plot / alur / struktur dramatik.
Plot atau alur cerita yang
mempersatukan membuat urutan adegan yang berkesinambungan. Sehingga, suatu
peristiwa membawa kita ke peristiwa selanjutnya (dengan hubungan sebab-akibat)
secara wajar dan logis.
Setiap peristiwa atau konflik tumbuh secara alamiah, dipersiapkan, dan diselesaikan oleh unsur dalam plot itu sendiri. Penyelesaian masalah dengan peristiwa kebetulan tetap harus dipersiapkan. Kita juga bisa membuat sesuatu hal yang dapat menjadi alasan penyelesaian masalah walaupun untuk sementara hal tersebut luput (sengaja dibuat lupa) dari ingatan penonton.
Setiap peristiwa atau konflik tumbuh secara alamiah, dipersiapkan, dan diselesaikan oleh unsur dalam plot itu sendiri. Penyelesaian masalah dengan peristiwa kebetulan tetap harus dipersiapkan. Kita juga bisa membuat sesuatu hal yang dapat menjadi alasan penyelesaian masalah walaupun untuk sementara hal tersebut luput (sengaja dibuat lupa) dari ingatan penonton.
·
Dapat
diterima akal atau logis.
Cerita yang dapat diterima akal
memiliki kebenaran walaupun sifatnya relatif. Kebenaran ini ada beberapa macam,
antara lain:
a.
Kebenaran Nyata
Kebenaran yang memiliki kemiripan umum dalam kehidupan yang kita jalani, termasuk yang belum dialami tapi logis dan mungkin terjadi. Kebenaran tersebut diolah secara realistik atau naturalistik. Contohnya: film Cut Nyak Dien, menceritakan kebenaran berdasarkan kenyataan.
Kebenaran yang memiliki kemiripan umum dalam kehidupan yang kita jalani, termasuk yang belum dialami tapi logis dan mungkin terjadi. Kebenaran tersebut diolah secara realistik atau naturalistik. Contohnya: film Cut Nyak Dien, menceritakan kebenaran berdasarkan kenyataan.
b.
Kebenaran Artistik
Kebenaran hasil rekayasa seni, dalam hal ini pembuat film. Dengan keterampilannya, mereka mengarahkan penonton dari dunia nyata ke dunia imajiner ceritanya. Jika terbentur dengan materi yang tidak dapat diterima akal, ia menggubah suatu kemiripan kebenaran yang memadai. Karena rasa saling membutuhkan, ada semacam kesepakatan tersirat antara pembuat film dan penonton yang rela melepaskan rasa tak percaya menjadi keyakinan puitis. Contoh: Lord of the Ring, Harry Potter. Kebenaran karena kekaguman penonton pada imajinasi yang direalistikkan dengan teknik yang canggih dan properti serta seting artisitik.
Kebenaran hasil rekayasa seni, dalam hal ini pembuat film. Dengan keterampilannya, mereka mengarahkan penonton dari dunia nyata ke dunia imajiner ceritanya. Jika terbentur dengan materi yang tidak dapat diterima akal, ia menggubah suatu kemiripan kebenaran yang memadai. Karena rasa saling membutuhkan, ada semacam kesepakatan tersirat antara pembuat film dan penonton yang rela melepaskan rasa tak percaya menjadi keyakinan puitis. Contoh: Lord of the Ring, Harry Potter. Kebenaran karena kekaguman penonton pada imajinasi yang direalistikkan dengan teknik yang canggih dan properti serta seting artisitik.
·
Memiliki
konflik.
·
Menarik.
4.
Karakterisasi
Karakterisasi
adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang
diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah
orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa
menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan
demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur
dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang
berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu
mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi
seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana
sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani,
atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Untuk memperdalam mengenai
karakteristik, maka agaknya perlu juga kita mempelajari observasi, ilusi,
imajinasi dan emosi.
a.
OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk
mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara
hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita
mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari
tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan
menjadi tokoh yang kita ingini.
b.
ILUSI
Ilusi
adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah
terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa
pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun
angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara
melatihnya antara lain :
·
Menyampaikan data-data tentang suatu
kecelakaan, kebakaran, dsb.
·
Bercerita tentang perjalanan
keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
·
Menyampaikan pendapat tentang
lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
·
Menyampaikan keinginan untuk menjadi
raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
·
Berangan-angan bahwa kelak akan
terjadi perang antar planet, dsb.
c.
IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk
menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya
adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan.
Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada
benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa
yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak
terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi
benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Telah disebutkan bahwa obyek
imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala
sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
·
Sebutkan sebanyak mungkin
benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda
lebih dari satu kali.
·
Sebutkan sebuah benda yang tidak ada
disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya,
sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
·
Menganggap atau memperlakukan sebuah
benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu
barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan
memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
·
Menganggap sesuatu benda memiliki
sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit,
manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
d.
EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai
ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung,
gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai
emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang
diperankan dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat
mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan
dialog, pernafasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi,
misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.
e.
PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta
mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu
kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu
kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman
yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik
jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam
penghayatan adalah :
·
Pelajari naskah secara keseluruhan,
supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang
ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
·
Melakukan gerak serta dialog yang
terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting
dari tokoh yang akan kita perankan.
·
Sebagai latihan cobalah membaca
sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana.
Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.
5. Setting
Setting
disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
a.
Setting
tempat, adalah tempat terjadinya cerita dalam drama.
Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. setting tempat berhubungan dengan
setting ruang dan waktu.
b.
Setting
waktu, adalah waktu atau zaman atau periode sejarah
terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu dapat terjadi pada waktu siang,
pagi, sore, ataupun malam
c.
Setting
suasana, adalah suasana yang mendukung terjadinya cerita. Setting suasana dapat
didukung dengan tata suara atau tata lampu saat pementasan drama.
6. Pemilihan
Pemain
Aktor dan aktris merupakan tulang
pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima
macam teknik casting yaitu:
a.
Casting by ability, yaitu pemilihan
peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang
dibawakan
b.
Casting ti type, yaitu pemilihan
peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain
c.
Antitype casting, yaitu pemilihan
peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan
dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
d.
Casting to emotional temperament,
yaitu pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran
e.
Therapeutic casting, yaitu pemilihan
pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologi
dalam diri seseorang
Beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pemilihan pemain drama adalah:
1.
kemampuan
calon pemain,
2.
kesesuaian
postur tubuh, tipe gerak, dan suara yang dimiliki calon pemain dengan tokoh
yang akan dimainkan,
3.
kesanggupan
calon pemain untuk memerankan tokoh dalam drama.
Jika ketiga hal di atas dapat dipenuhi oleh calon pemain, akan mempermudah dalam penghayatan watak tokoh dalam drama yang akan dipentaskan. Hal lain yang harus diperhatikan, saat Anda akan menghayati watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
Jika ketiga hal di atas dapat dipenuhi oleh calon pemain, akan mempermudah dalam penghayatan watak tokoh dalam drama yang akan dipentaskan. Hal lain yang harus diperhatikan, saat Anda akan menghayati watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
a.
Pahamilah
ciri-ciri fisik tokoh yang diperankan, seperti jenis kelamin, umur, penampilan
fisik, dan kondisi kesehatan tokoh.
b.
Pahamilah
ciri-ciri sosial tokoh yang diperankan, seperti pekerjaan, kelas sosial, latar
belakang keluarga, dan status tokoh yang akan diperankan.
c.
Pahamilah
ciri-ciri nonfisik tokoh, seperti pandangan hidup dan keadaan batin.
d.
Pahamilah
ciri-ciri perilaku tokoh dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik.
#SELESAI#