Jumat, 26 April 2013

BERKARYA SENI TEATER


BERKARYA SENI TEATER


Hal-hal yang harus diperhatikan dalam membuat skenario film sebagai berikut.

1.        Jenis Cerita
Adapun jenis-jenis cerita dalam teater yang dapat kita pilih yaitu:
·         Cerita Sejarah
Adalah drama yang menyajikan kisah sejarah dengan tokoh dari peristiwanya.
·         Cerita sedih atau penderitaan
Adalah drama yang mengeksploitasi kesedihan atau penderitaan. Jenis drama ini banyak disajikan dalam sinetron bersambung di televisi.
·         Cerita tragedi
Adalah drama yang berakhir dengan kesedihan. Hal ini untuk memberikan kesan mendalam yang disimpan dalam benak penonton setelah pertunjukan selesai. Contoh: Romeo dan Juliet, Titanic.
·         Cerita lucu
Adalah drama yang mengandung kelucuan. Dilihat dari sifat kelucuannya, drama komedi terbagi lagi menjadi:
a.          Komedi situasi: Kelucuan teraspirasi dari situasi dan kondisi yang direncanakan.
Contoh: Bajaj Bajuri, Office Boy.
b.         Komedi slapstic: Kelucuan ditimbulkan dari korban kejahilan.
Contoh: Warkop, Mr. Bean, Home Alone.
c.          Komedi satire: Kelucuan mengandung sindiran dan hikmah.
Contoh: Kiamat Sudah Dekat, Mrs. Doubtfire.
d.         Komedi farce: Kelucuan dari dialog dan gerak yang agak dibuat-buat. Contoh: Srimulat, Extravaganza (meskipun keduanya berbeda konsep).
·         Cerita Misteri
Adalah drama yang menahan perhatian penonton dengan suspense/ ketegangan, baik yang berasal dari tindak kriminal atau makhluk gaib.
·         Drama Action/laga
Adalah drama yang banyak menampilkan adegan konfrontasi baik dengan sedikit atau banyak thriller, dengan seting tradisional, modern, maupun fiksi ilmiah.

2.        Menentukan Tema
Tema  adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon baik dalam film, drama dan sebagainya. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah, sedangkan tema perfilman merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis skenario . Tema itu bersifat umum dan terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita. Tema Utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon tersebut, sedangkan tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat  dalam drama yang mendukung tema utama.

3.        Kriteria Cerita yang Baik
Kriteria cerita yang baik yaitu:
·           Di persatukan dalm plot / alur / struktur dramatik.
Plot atau alur cerita yang mempersatukan membuat urutan adegan yang berkesinambungan. Sehingga, suatu peristiwa membawa kita ke peristiwa selanjutnya (dengan hubungan sebab-akibat) secara wajar dan logis.
Setiap peristiwa atau konflik tumbuh secara alamiah, dipersiapkan, dan diselesaikan oleh unsur dalam plot itu sendiri. Penyelesaian masalah dengan peristiwa kebetulan tetap harus dipersiapkan. Kita juga bisa membuat sesuatu hal yang dapat menjadi alasan penyelesaian masalah walaupun untuk sementara hal tersebut luput (sengaja dibuat lupa) dari ingatan penonton.
·           Dapat diterima akal atau logis.
Cerita yang dapat diterima akal memiliki kebenaran walaupun sifatnya relatif. Kebenaran ini ada beberapa macam, antara lain:
a.         Kebenaran Nyata
Kebenaran yang memiliki kemiripan umum dalam kehidupan yang kita jalani, termasuk yang belum dialami tapi logis dan mungkin terjadi. Kebenaran tersebut diolah secara realistik atau naturalistik. Contohnya: film Cut Nyak Dien, menceritakan kebenaran berdasarkan kenyataan.
b.        Kebenaran Artistik
Kebenaran hasil rekayasa seni, dalam hal ini pembuat film. Dengan keterampilannya, mereka mengarahkan penonton dari dunia nyata ke dunia imajiner ceritanya. Jika terbentur dengan materi yang tidak dapat diterima akal, ia menggubah suatu kemiripan kebenaran yang memadai. Karena rasa saling membutuhkan, ada semacam kesepakatan tersirat antara pembuat film dan penonton yang rela melepaskan rasa tak percaya menjadi keyakinan puitis. Contoh: Lord of the Ring, Harry Potter. Kebenaran karena kekaguman penonton pada imajinasi yang direalistikkan dengan teknik yang canggih dan properti serta seting artisitik.
·           Memiliki konflik.
·           Menarik.

4.        Karakterisasi
Karakterisasi adalah suatu usaha untuk menampilkan karakter atau watak dari tokoh yang diperankan. Tokoh-tokoh dalam drama, adalah orang-orang yang berkarakter. Jadi seorang pemain drama yang baik harus bisa menampilkan karakter dari tokoh yang diperankannya dengan tepat. Dengan demikian penampilannya akan menjadi sempurna karena ia tidak hanya menjadi figur dari seorang tokoh saja, melainkan juga memiliki watak dari tokoh tersebut.
Agar kita dapat memainkan tokoh yang berkarakter seperti yang dituntut naskah, maka kita harus terlebih dahulu mengenal watak dari tokoh tersebut. Suatu misal, kita dapat peran menjadi seorang pengemis. Nah, kita harus mengenal secara lengkap bagaimana sifat-sifatnya, tingkah lakunya, dsb. Apakah dia seorang yang licik, pemberani, atau pengecut, alim, ataukah hanya sekedar kelakuan yang dibuat-buat.
Untuk memperdalam mengenai karakteristik, maka agaknya perlu  juga kita mempelajari observasi, ilusi, imajinasi dan emosi.
a.             OBSERVASI
Observasi adalah suatu metode untuk mempelajari / mengamati seorang tokoh. Bagaimana tingkah lakunya, cara hidupnya, kebiasaannya, pergaulannya, cara bicaranya, dsb. Setelah kita mengenal segala sesuatu tentang tokoh tersebut, kita akan mengetahui wujud dari tokoh itu. Setelah itu baru kita menirukannya. Dengan demikian kita akan menjadi tokoh yang kita ingini.
b.             ILUSI
Ilusi adalah bayangan atas suatu peristiwa yang akan terjadi maupun yang telah terjadi, baik yang dialami sendiri maupun yang tidak. Kejadian itu dapat berupa pengalaman, hasil observasi, mimpi, apa yang dilihat, dirasakan, ataupun angan-angan, kemungkinan-kemungkinan, ramalan, dsb.
Cara-cara melatihnya antara lain :
·            Menyampaikan data-data tentang suatu kecelakaan, kebakaran, dsb.
·            Bercerita tentang perjalanan keliling pulau Jawa, ketika dimarahi guru, dsb.
·            Menyampaikan pendapat tentang lingkungan hidup, sopan santun dikampung, dsb.
·            Menyampaikan keinginan untuk menjadi raja, polisi, dewa, burung, artis, dsb.
·            Berangan-angan bahwa kelak akan terjadi perang antar planet, dsb.
c.              IMAJINASI
Imajinasi adalah suatu cara untuk menganggap sesuatu yang tidak ada menjadi seolah-olah ada. Kalau ilusi obyeknya adalah peristiwa, maka imajinasi obyeknya benda atau sesuatu yang dibendakan. Tujuannya adalah agar kita tidak hanya selalu menggantungkan diri pada benda-benda yang kongkrit. Juga diatas pentas, penonton akan melihat bahwa apa yang ditampilkan tampak benar-benar terjadi walaupun sesungguhnya tidak terlihat, benar-benar dialami sang pelaku. Kemampuan untuk berimajinasi benar-benar diuji bilamana kita sedang memainkan sebuah pantomim.
Telah disebutkan bahwa obyek imajinasi adalah benda atau sesuatu yang dibendakan, termasuk disini segala sifat dan keadaannya. Sebagai latihan dapat dipakai cara-cara sebagai berikut :
·            Sebutkan sebanyak mungkin benda-benda yang terlintas di otak kita. Jangan sampai menyebutkan sebuah benda lebih dari satu kali.
·            Sebutkan sebuah benda yang tidak ada disekitar kita kemudian bayangkan dan sebutkan bentuk benda itu, ukurannya, sifatnya, keadaannya, warna, dsb.
·            Menganggap atau memperlakukan sebuah benda lain dari yang sebenarnya. Contohnya, menganggap sebuah batu adalah suatu barang yang sangat lucu, baik itu bentuknya, letaknya, dsb. Sehingga dengan memandang batu tersebut kita jadi tertawa terpingkal-pingkal.
·            Menganggap sesuatu benda memiliki sifat yang berbeda-beda. Misalnya sebuah pensil rasanya menjadi asin, pahit, manis kemudian berubah menjadi benda yang panas, dingin, kasar, dsb.
d.             EMOSI
Emosi dapat diartikan sebagai ungkapan perasaan. Emosi dapat berupa perasaan sedih, marah, benci, bingung, gugup, dsb. Dalam drama, seorang pemain harus dapat mengendalikan dan menguasai emosinya. Hal ini penting untuk memberikan warna bagi tokoh yang diperankan  dan untuk menunjang karakter tokoh tersebut. Emosi juga sangat mempengaruhi tubuh, yaitu tingkah laku, roman muka (ekspresi), pengucapan dialog, pernafasan, niat. Niat disini timbul setelah emosi itu terjadi, misalnya setelah marah maka tinbul niat untuk memukul, dsb.

e.              PENGHAYATAN
Penghayatan adalah mengamati serta mempelajari isi dari naskah untuk diterpakan tubuh kita. Misalnya pada waktu kita berperan sebagai Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi, maka saat itu kita tidak lagi berperan sebagai diri kita sendiri melainkan menjadi Pak Usman yang berprofesi sebagai polisi. Hal inilah yang harus kita terapkan dengan baik jika kita akan memainkan sebuah naskah drama.
Cara-cara yang dipergunakan dalam penghayatan adalah :
·            Pelajari naskah secara keseluruhan, supaya dapat mengetahui apa yang dikehendaki oleh naskah, problema apa yang ditonjolkan, serta apa titik tolak dan inti dari naskah.
·            Melakukan gerak serta dialog yang terdapat dalam naskah. Jadi disini kita sudah mendapat gambaran tentang akting dari tokoh yang akan kita perankan.
·            Sebagai latihan cobalah membaca sebuah naskah / dialog dengan diiringi musik sebagai pembantu pemberi suasana. Hayati dulu musiknya baru mulailah membaca.

5.      Setting
Setting disebut juga latar cerita. Setting meliputi tiga dimensi:
a.          Setting tempat, adalah tempat terjadinya cerita dalam drama. Setting tempat tidak dapat berdiri sendiri. setting tempat berhubungan dengan setting ruang dan waktu.
b.         Setting waktu, adalah waktu atau zaman atau periode sejarah terjadinya cerita dalam drama. Setting waktu dapat terjadi pada waktu siang, pagi, sore, ataupun malam
c.          Setting suasana, adalah suasana yang mendukung terjadinya cerita. Setting suasana dapat didukung dengan tata suara atau tata lampu saat pementasan drama.






6.      Pemilihan Pemain
Aktor dan aktris merupakan tulang pementasan. Pemilihan actor atau aktris biasanya disebut casting. Ada lima macam teknik casting yaitu:
a.       Casting by ability, yaitu pemilihan peran berdasar kecakapan atau kemahiran yang sama atau mendekati peran yang dibawakan
b.      Casting ti type, yaitu pemilihan peran berdasarkan atas kecocokan fisik pemain
c.       Antitype casting, yaitu pemilihan peran bertentangan dengan watak dan ciri fisik yang dibawakan (berlawanan dengan watak dan cirri fisiknya sendiri)
d.      Casting to emotional temperament, yaitu pemilihan pemeran berdasarkan observasi kehidupan pribadi calon pemeran
e.       Therapeutic casting, yaitu pemilihan pemeran dengan maksud untuk penyembuhan terhadap ketidakseimbangan psikologi dalam diri seseorang
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pemain drama adalah:
1.      kemampuan calon pemain,
2.      kesesuaian postur tubuh, tipe gerak, dan suara yang dimiliki calon pemain dengan tokoh yang akan dimainkan,
3.      kesanggupan calon pemain untuk memerankan tokoh dalam drama.
Jika ketiga hal di atas dapat dipenuhi oleh calon pemain, akan mempermudah dalam penghayatan watak tokoh dalam drama yang akan dipentaskan. Hal lain yang harus diperhatikan, saat Anda akan menghayati watak tokoh dalam drama yang akan diperankan adalah sebagai berikut:
a.       Pahamilah ciri-ciri fisik tokoh yang diperankan, seperti jenis kelamin, umur, penampilan fisik, dan kondisi kesehatan tokoh.
b.      Pahamilah ciri-ciri sosial tokoh yang diperankan, seperti pekerjaan, kelas sosial, latar belakang keluarga, dan status tokoh yang akan diperankan.
c.       Pahamilah ciri-ciri nonfisik tokoh, seperti pandangan hidup dan keadaan batin.
d.      Pahamilah ciri-ciri perilaku tokoh dalam menghadapi dan menyelesaikan sebuah konflik.

#SELESAI#