ADAT
ISTIADAT PERKAWINAN
Melayu Riau
Melayu Riau
Rangkaian kehidupan anak manusia tersangatlah panjangnya.
Dimulai dari kandungan, lahir, masa bayi, masa kanak, masa remaja, masa dewasa,
berumah tangga (berkeluarga) dan bermasyarakat, kemudian tua, dan akhirnya kembali
kepada Sang Pencipta. Begitu pun agaknya dalam senarai perjalanan perkawinan
orang Melayu sebagaimana yang sudah tersusun turun temurun dari dahulunya,
yaitu dimulai dari pada :
- Merisik
Merisik1) berasal dari kata “risik”
yang berarti “menyelidiki”. Ini artinya, sebelum adanya suatu perkawinan,
penyelidikan terhadap seorang gadis perlu dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki
untuk menilai dan sekaligus menentukan apakah gadis tersebut layak menjadi
menantu atau tidak. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh perempuan yang
berumur separuh baya atau yang telah berumur sekitar empat puluh tahun ke atas.
Orang tersebut oleh masyarakat setempat disebut sebagai tukang perisik.
Tugasnya adalah mencermati secara diam-diam wajah atau rupa dan segala tingkah
laku Si gadis. Untuk itu, tukang perisik mesti datang bertamu ke
rumahnya.
- Merasi
Tujan
merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak di jodohkan itu
sebenarnya cocok atau tidak. Artinya merasi merupakan kegiatan meramal atau
menilik keserasian antara pasangan yang hendak dijodohkan. Kegiatan ini
biasanya dilakukan melalui perantara seorang ahli yang sudah terbiasa bertugas
mencari jodoh kepada orang yang hendakmenikah. Pencari jodoh tersebut akan
memberikan pendapatnya bahwa pasangan tersebut dinilai cocok(sesuai) atau
tidak.
- Meminang
Jika hasil merisik menunjukkan bahwa
gadis yang diselidiki bertingkah laku baik, sehingga pantas untuk dijadikan
sebagai seorang menantu, maka pihak keluarga laki-laki memberitahukan dan
membicarakannya dengan kerabat terdekat untuk menentukan waktu peminangan.
Setelah ada kesepaktan tentang waktu atau hari peminangan, maka pihak keluarga
laki-laki mengutus salah seorang yang dituakan (bisa laki-laki dan bisa juga
perempuan) untuk memberitahu kepada pihak keluarga perempuan bahwa 3 atau 5
hari lagi ada rombongan yang akan datang untuk melakukan peminangan.
Ketika hari yang ditentukan
tiba, maka pihak keluarga laki-laki mengirim rombongan peminangan yang biasanya
berjumlah 5 orang, yaitu 1 orang ketua (laki-laki) dan 4 orang anggota (2 orang
laki-laki dan 2 orang perempuan). Orang yang dipilih untuk menjadi ketua
rombongan peminangan adalah orang yang bijak dan santun dalam berbicara dan
bisa berpantun atau berseloka. Jika dalam kerabatnya orang seperti itu tidak
ada, maka bisa minta tolong kepada orang lain (di luar kerabatnya) yang biasa
melakukannya. Sedangkan, anggotanya yang berjumlah 4 orang itu biasanya terdiri
atas 2 orang kerabat dan 2 orang tetangga.
- Mengantar tanda
Jika peminangan disambut baik oleh pihak
keluarga perempuan (disetujui), maka tahap berikutnya adalah mengantar tande.
Kegiatan ini dilakukan hari ke 4 atau ke 5 dari peminangan. Sebagai persiapan,
2 atau 3 hari sebelumnya, keluarga pihak laki-laki akan mengundang kerabat,
tetangga dan handai taulan terdekat untuk diikutsertakan dalam acara tersebut.
Acara mengantar tande ini biasanya dipimpin oleh orang yang dalam
peminangan menjadi ketua rombongan. Orang tersebut dipilih karena dinilai
mempunyai persyaratan yang pas, yaitu pintar berpantun, mempunyai selera humor
yang tinggi, luas pergaulannya, dan tahu persis tentang adat perkawinan. Dalam
hal ini orang tersebut sekaligus sebagai wakil pihak keluarga laki-laki.
Adapun perlengkapan yang
perlu dipersiapkan dalam kegiatan ini adalah: (1) tepak sirih, (2) bunga
rampai, (3) cincin, dan (4) barang pengiring. Tepak sirih
berisi: sebuah pinang yang telah dikupas kulitnya, kapur-sirih dan gambir,
tembakau, daun sirih, dan kacip. Buah pinang merupakan simbol
keikhlasan, ketulusan, dan kelurusan hati (bagaikan tempulur buah
pinang). Kapur-sirih yang berwarna merupakan simbol kesucian hati. Kapur ini
jika dicampur dengan gambir akan berubah warnanya menjadi merah. Dan, warna ini
merupakan simbol bahwa maksud yang diinginkan terkabul. Kapur-sirih yang telah
dicampur dengan gambir ini diletakkan pada suatu tempat yang disebut cembol
(semacam mangkok kecil yang diberi tutup). Tembakau, sesuai dengan sifatnya
yang lembut, merupakan simbol kelembutan hati. Daun sirih3) yang banyak kegunaannya (tidak hanya sebagai
salah satu bahan untuk menginang, tetapi juga dapat digunakan untuk
membersihkan mata) merupakan simbol kebesaran, persaudaraan, dan persatuan.
Kacip adalah sebuah
alat pembelah, pengupas dan peracik buah pinang yang terbuat dari besi. Alat
ini terdiri atas dua bagian; bagian atas sebagai mata pisau dan bagian bawah
sebagai alas untuk meletakkan buah pinang yang akan dibelah atau diracik. Jadi,
setiap bagiannya mempunyai fungsi tersendiri. Oleh sebab itu, kacip
merupakan simbol seiya sekata (kemufakatan). Bunga rampai terdiri atas:
daun pandan; bunga melati, kemuning, dan kenanga. Agar aromanya semakin
semerbak-harum, maka diberi sedikit minyak wangi. Bunga ini diletakkan pada
suatu wadah yang disebut ceper atau sanggan yang beralaskan
kain-renda dan bertutup kain-renda pula atau kain-tekat. Sesuai dengan
kelembutan dan kewangiannya, maka bunga rampai merupakan simbol
kebesaran, kelembutan, kebaikan, dan ketenangan.
- Mengantar belanja
Mengantar belanja(hantaran keperluan pesta pernikahan)
dalam tahap ini pihak laki-lakikembali datang kerumah keluarga si gadis. Dal
antar belanja keperluan pesta pernikahan biasanya ditentukan atas permintaan
keluarga pihak perempuan. Sejumlah uang yang dibentuk sedemikian rupa dibawa
beserta pengiringnya seperti seperangkat pakaian dan benda-benda yang disenangi
sang gadis.
Dalam
acara antar belanja seperangkat tanun siak tak pernah ketinggalan untuk
diberikan pad sang gadis. Kain tenun siak yang indah merupakan ciri khas kain
tenun masyarakat melayu riau. Dalam adat melayu riau setiap hantaran biasanya
berjumlah ganji. Makna yang terkandung alam jumlah ganjil dalam setiap hantaran
yang diberikan terkait dengan nilai-nilai agama islam yang lebih menyukai angka
ganjil seperti jumlah 99 asma’ul husna.
- Mengajak dan menjemput
Acara
mengajak dan menjemput adalah bagian dari persiapan yang dilakukan untuk
melaksanakan pekerjaan dalam majelis nikah-kawin. Pelaksanaan dalampekerjaan
ini didalam nya penuh mengandung nilai-nilai kebersamaan antara sesama.
Sebelum
diadakan acara mengajak dan menjemput terlebih dahulu diadakan musyawarah
dirumah calon pengantin peempuan untuk menentukan siapa yang akan diajak dan
dijemput. Pekerjaan menjemput ini hendaklah dilakukan secara seksama supaya
orang-orang yang pantas dijak tidak tersalah. Disebabkan seperkara ini juga
menyangkut kepada penghargaan dan kedudukan seseorang didalam masyarakat.
Sehingga tampaklah pada pekerjaan mengajak dan menjemput ini mempunyai nilai
etika dan moral yang tinggi.
Untuk
mengajak dan menjemput ini dilakukan oleh beberapa pasang suami istri yang
sudah mempunyai pengalaman. Dan selalunya membawa tepak sirih yang lengkap
dengan isinya.
- Menggantung-gantung
Sebelum
majelis pernikahan diperbuat, maka dilaksanakan terlebih dahulu kepada pekerjaan menggantung-gantung. Pekerjaan
menggantung ini biasanya dilakukan 4 atau 5 hari sebelum hari pernikahan. Pekerjaan yang
dilakukan dirumah calon pengantin perempuan ini adalah berupa persiapan-persiapan. Yaitu membersihkan
dan menghias rumah dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan
membuat langit-langit dari kain, mengganti dan memasang ”lansi tingkap”,
memasang dan menghias tempat tidur baru yang lengkap untuk pengantin baru, dan
hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi majelis pernikahan tersebut,
termasuklah membuat dapur dan bangsal, membuat “peterakne” atau “peti ratna/peti rakna” yaitu tempat pengantin
duduk bersanding, dan membuat pelaminan tempat tidur pengantin.
Acara menggantung biasanya didahului dengan tepung
tawar dan kenduri kecil atau doa selamat supaya semua kerja yang dilakukan akan
mendapat berkah dari Allah SWT. Yang ditepungbtawari ialah tempat disekitar
pelaminan.
Peterakne
adalah sebuah bangku atau terap tempat duduk pengantin. Kelengkapan dari peterakne yaitu:
1.
Bantal
gaduk
2.
Bantal
sesuari
3.
Bantal
seraga
4.
Tabir
5.
Bertekad
(yang terdiri atas kelingkang/geng-geng, benang emas dan perak, paku-paku, mutu
dan perade.
- Berandam
Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu
keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon
pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci.Berandam
pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk
calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya. Berandam adalah
memotong atau mencukur rambut, baik calon pengantin laki-laki maun perempuan.
Untuk calon pengantin laki-laki biasanya yang dicukur adalah rambut yang tumbuh
di kepalanya saja.
Sedangkan,
untuk calon pengantin perempuan meliputi rambut yang tumbuh tipis di
tengkuk, pelipis dan dahi. Pencukuran ini, khususnya untuk calon pengantin
perempuan, biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Untuk keperluan ini
peralatan yang digunakan adalah (1) gunting rambut beserta pisau lipat (pisau cukur);
(2) sebutir buah kelapa yang dikupas kulitnya dan dibentuk menyerupai gunung,
kemudian dililiti dengan benang lima warna (merah tua, biru tua, hijau tua,
kuning dan putih) yang masing-masing panjangnya sekitar satu depa.; (3)
kain putih yang panjangnya dua hasta atau satu meter; dan (4) dua batang
lilin.Sebelum berandam dilakukan, calon pengantin perempuan dimandikan
oleh Mak Andam4) dengan air basa dan disudahi dengan
mandi langir (air yang dicampur dengan sejenis akar yang mengeluarkan
lendir dan dicampur dengan perasan jeruk nipis). Selanjutnya, adalah pemotongan
rambut itu sendiri. Untuk itu, kedua bahu calon pengantin diselimuti dengan
kain putih yang panjangnya sekitar dua hasta (seperti tukang cukur/pangkas
hendak memangkas rambut langganannya). Sementara itu, Mak Andam
mengambil gunting rambut lalu membaca mantra dan mencukurnya. Sisa-sisa rambut
yang jatuh dikumpulkan kemudian dibungkus dengan kain putih lalu ditanam.
Sebagai catatan, setiap Mak Andam mempunyai mantera yang berbeda) Berikut ini adalah salah satu contoh mantera.
“Limau manis limau setawar”.
Sebagai catatan, setiap Mak Andam mempunyai mantera yang berbeda) Berikut ini adalah salah satu contoh mantera.
“Limau manis limau setawar”.
Selesai mencukur, Mak Andam mengelilingi calon pengantin
perempuan sebanyak 3 kali dengan membawa buah kelapa yang dibentuk seperti
puncak gunung dan dililit dengan benang lima warna. Maksudnya agar calon
pengantin tersebut mempunyai keturunan yang gagah atau cantik (seperti sebuah
gunung apabila dilihat dari jauh). Sedangkan, benang lima warna yang melilit
itu diibaratkan sebagai sungai yang airnya selalu mengalir. Artinya, rezeki
calon pengantin diharapkan mengalir terus bagaikan air sungai. Selanjutnya,
dengan dua batang lilin yang menyala, Mak Andam mengelilingi calon
pengantin perempuan, juga sebanyak 3 kali. Makna simbolik yang ada di balik
lilin yang menyala itu adalah penerangan hidup. Ini artinya, agar calon
pengantin kelak selalu berada di jalan yang terang (selalu berbuat
baik),sehingga kehidupan rumah tangganya selalu rukun, damai dan sentosa.
Sementara, berandam
untuk calon pengantin laki-laki tidaklah serumit seperti yang dilakukan calon
pengantin perempuan. Jika calon pengantin perempuan dicukur dulu baru
dimandikan, maka calon pengantin laki-laki dicukur dulu baru dimandikan di
sumur atau sungai yang dekat dengan tempat tinggalnya. Agar kelihatan lebih
rapi dan gagah, biasanya rambut calon pengantin laki-laki dipangkas pendek.
Adakala Sang pencukur dalam kesempatan ini memberi nasehat kepada calon
pengantin laki-laki tentang bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga yang
baik, sehingga langgeng (tidak terjadi perceraian).
- Berinai
Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan
melindungi pasangan pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata,
menaikkan aura dan cahaya pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin
pria. Berinai berarti mengolesi kuku jari tangan dan kaki dengan inai.
Acara ini dilakukan pada hari berikutnya (setelah acara bertepuk tepung
tawar). Dalam hal ini kuku jari tangan dan kaki kedua mempelai diinai.
Makna simbolik yang terkandung dalam penginaian ini adalah hidup baru.
Artinya, dengan berinai, sepasang muda-mudi telah melangkahkan kakinya
(memasuki) kehidupan berumah tangga.Pelaksanaan inai untuk pengantin
laki-laki diawali dengan berbaringnya pengantin di atas tikar yang terbuat dari
pandan. Kemudian, kedua telapak tangan dan kaki beserta ujung kuku jari-jarinya
diolesi dengan inai.
Sementara, pelaksanaan berinai untuk
pengantin perempuan tidaklah seringkas pengantin laki-laki. Banyak hal yang
harus disediakan dalam menginai pengantin perempuan. Jadi, tidak hanya inai
semata, tetapi ada kelengkapan lain seperti lilin dan selembar kain panjang.
Pelaksanaan inai untuk pengantin perempuan diawali dengan dibaringkannya
Sang pengantin di atas kasur yang beralaskan tikar yang terbuat dari pandan.
Itu masih ditutupi dengan tabir yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai tabir
kelek anak. Tabir ini berfungsi sebagai sebagai pembatas pelaminan dengan ruang
tamu atau ruang serambi. Kemudian, Mak Andam menyalakan lilin. Lilin
yang mencair diteteskan ke semua kuku jari tangan dan kaki Sang pengantin.
Setelah itu, barulah inai dioleskan ke semua kuku jari-jarinya.
Selanjutnya, Sang pengantin diselimuti dengan kain panjang yang sekaligus
berfungsi sebagai selimut tidur. Pagi harinya (sebelum shalat subuh) Sang
pengantin diminta untuk mencuci telapak tangan dan kaki serta jari-jarinya yang
ditempeli dengan inai. Dengan demikian, Sang pengantin dapat melakukan
shalat dengan sempurna.
- Berkhatam Qur’an
Acara ini sudah selazimnya dilakukan oleh pasangan calon pengantin yang
akan menikah. Para orangtua biasanya akan mengizinkan anaknya untuk menikah
bila putra atau putrinya dinilai sudah pandaimengaji. Acara qatam Al-Quran ini
akan dilakukan kedua pengantin di depan pelaminan yang diikutioleh sejumlah
ibu-ibu pengajian berserta guru ngajinya.Setelah selesai melakukan qatam, kedua
calon pengantin akan beranjak menuju rumah sang guru ngajiuntuk mengantar tabak
yaitu pulut kuning yang sudah ditata rapi di atas sebuah wadah terbuat darikayu
berukir yang telah dihiasi dengan ulur-ulur, bunga telor dan telor merah.
- Aqad nikah
Akad nikah
adalah salah satu rangkaian dari proses perkawinan yang paling utama; sebab
dengan dilaksanakannya akad nikah sepasang muda-mudi telah resmi menjadi
suami-isteri. Tempatnya biasanya di depan pelaminan.. Di situlah sepasang calon
pengantin duduk berhadapan dengan seorang Kahdi dan dua orang saksi di atas bunta. Tidak jauh dari tempat
itu biasanya ada dua batang lilin yang diletakkan pada sebuah wadah yang
terbuat dari tembaga. Sebelum akad nikah berlangsung, Kahdi meminta
calon pengantin laki-laki untuk mengucapkan kalimat istighfar 3 kali, syahadat
3 kali, dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. Selain itu, Kahdi
mengajarkan lafadz ijab kabul agar dalam akad nikah yang sebentar lagi
akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Adapun lafadz yang diajarkan
adalah sebagai berikut: “Saya terima nikahnya bla…bla…bla binti bla…bla…bla
dengan mas kawin sebentuk cincin emas tunai”. (jika mas kawinnya berupa cincin
emas).Akad nikahnya itu sendiri dipimpin oleh Kahdi yang disaksikan oleh
dua orang saksi yang berperan tidak hanya semata-mata sebagai saksi suatu
pernikahan, tetapi juga sekaligus sebagai pengesah suatu pernikahan. Dengan
perkataan lain, jika pengucapan ijab kabul yang dilakukan oleh pengantin
laki-laki itu benar, maka kedua orang saksi itulah yang mengesahkannya
(maksudnya pengucapannya tidak perlu diulang).
- Tepuk tepung tawar
Acara selanjutnya,
setelah akad nikah, adalah bertepuk tepung tawar. Untuk melaksanakan
acara ini diperlukan perlengkapan, seperti: daun gandarusa, rumput sambau,
daun puding emas, akar ribu-ribu, dan bahan-bahan yang pada
gilirannya akan dijadikan sebagai penyapu atau pencecah, seperti: beras kunyit,
beras basuh, bertih, air bedak berlimau, inai cecah dan inai
untuk tari. Pada dasarnya tujuan pelaksanaan bertepuk tepung tawar ini
adalah untuk menghilangkan sial- majal atau perasaan duka bagi yang ditepuk-
tepung-tawari, sehinga hidupnya akan selamat dan sejahtera.Pelaksanaan bertepung
tawar diawali dengan penaikkan pengantin perempuan ke pelaminan (peterakne)
yang diikuti oleh pengantin laki-laki. Setelah keduanya duduk di pelaminan,
seorang kakek atau nenek atau orang yang dituakan dari pihak pengantin
perempuan diminta untuk memulainya. Selanjutnya, penepung-tawaran ini
dilakukan secara bergantian (berselang- seling). Artinya, jika dari pihak
pengantin perempuan sudah melaksanakan, maka selanjutnya adalah giliran pihak
keluarga laki-laki. Demikian, seterusnya. Penepukan-tawaran ini tidak
boleh dilakukan secara sembarangan, tetapi harus beraturan. Dalam hal ini
penepuk yang telah dicelupkan pada air bedak berlimau diteteskan pada dahi
kedua pengantin, kemudian bahu kanan dan kirinya, lalu telapak kanan dan
kirinya (masing-masing sejumlah 3 kali). Makna simbolik yang terkandung dalam
kegiatan ini adalah kesejukan, keselarasan, dan kesejahteraan. Penepungan-tawaran
ini kemudian diikuti dengan penaburan beras kunyit, beras basuh, dan bertih
yang telah dicampur menjadi satu ke atas kepala dan bahu kanan-kiri kedua
pengantin sebanyak 3 kali. Penaburan ini merupakan simbol kesejahteraan. Diharapkan dengan penaburan tersebut
sepasang pengantin diberkati kesenangan, kebaikan, keselamatan, dan terhindar
dari sial-majal yang berkepanjangan. Selanjutnya, kedua telapak kedua
mempelai dicecah dengan inai yang merupakan simbol kesedekahan. Artinya,
rezeki yang diperoleh, sebagian disisihkan untuk sedekah. Sebagai catatan,
acara bertepuk tawar ini biasanya diiringi dengan tarian inai
oleh tiga penari laki-laki. Tujuannya adalah agar suasana menjadi semakin
meriah dan para tamu terhibur. Kemudian, acara ini ditutup dengan pembacaan doa
selamat dan tolak bala. Setelah itu, para tamu dipersilahkan untuk menikmati
hidangan yang biasanya berupa juadah.
- Bersanding
Barulah setelah akad nikah selesai
dilakukan, kedua pengantin akan disandingkan di pelaminan dengancara duduk
bersila. Untuk mengiringi pengantin dibunyikan tabuhan grup musik kompang.
Acara lalu dilanjutkan dengan
pemberian selamat serta doa restu kepada kedua mempelai yang sedang berbahagia agar
dapat menjalani hidup perkawinannya dengan rukun dan bahagia sampai selamanya.
- Bersuap-suap
Setelah kedua pengantin duduk
bersanding,sampailah kepada “upacara bersuap – suap”. Acara ini adalah kedua
pengantin menyuapi secara bergantian/ sebelum upacara dilakukan, sirih lelat
yang di pegang pengantin laki-laki diambil. Setelah itu mak Andam mengambil
pulut kuning dan dikepal-kepalnya,dibentuk menjadi bulat.Jumlahnya sebanyak dua
buah.Makanan ini bersama bahan pelengkap memakannya yaitu telur.Makanan ini
disuguhkan mak Andam kepada pengantin lelaki untuk di suapkan kepada pengantin
perempuan, begitupun sebaliknya.
- Makan berhadap
Biasanya pelaksanaan makan bersuap
disejalankan dengan makan berhadap. Artinya setelah kedua pengantin makan
bersuap, kemudian mereka makan berhadap. Saat kedua pengantin makan berhadap,
maka undanganpun disuguhi degan makan dan minum. Untuk jemputan orang perempuan
biasanya makan didalam sedangkan kaum laki-laki diluar rumah atau dihalaman
rumah yaitu di bangsal yang telah disediakan. Tempat makanan yang disiapkan di
bangsal, yaitu meja yang dibuat dari 3 keping papan, sedangkan tempat duduknya
dari sekeping papan. Meja dan tempat duduk dipasang berjejer panjang memenuhi
bagian bawah bangsal. Jemputan makan berhidang,maksudnya segala hidangan yang
dipersiapkan dihidang untuk 3-5 orang.
- Menyembah
Upacara
ini berlangsung sebelum pengantin dibawa masuk kebilik oleh mak andam atau
sebelum magrib atau biasa dilakukan sebelum sholat isya. Seusai acara siang,
kedua pengantin makan malam bersama keluarga pihak pengantin perempuan.
Kemudian pengantin disandingkan dan kemudian menyembah terhadap kedua orang tua
pengantin perempuan termasuk kerabatnya. Urutannya di atur oleh mak andam
dimulai dari kakek, nenek, ayah, emak, abang, kakak, adik, pak long, mak long,
pak cik, mak cik, dan seterusnya yang masih kerabat dekat. Sering kali dalam
acara menyembah ini, pengantin perempuan bertangis-tangisan dengan emak atau
kerabat perempuan yang lain.
Setelah
selesai acara menyembah dirumah pengantin perempuan, barulah kedua pengantin
menuju kerumah orang tua pengantin laki-laki untuk menyembah orang tua
pengantin laki-laki dan para kerabatnya.
- Mandi-mandi
Setelah acara bersanding
selesai, maka pada malam harinya, pengantin laki-laki hanya boleh tidur
sendirian di atas pelaminan karena menurut adat (zaman dahulu) kedua pengantin
tidak diperbolehkan tidur bersama pada malam pertama (selesai bersanding).
Bahkan, sampai kurang lebih selama satu minggu pengantin laki-laki mesti
tidur sendirian di atas pelaminan. Masa ini oleh masyarakat setempat disebut “masa
belum bertegur”. Untuk mempercepat habisnya masa itu pengantin laki-laki
harus bisa menarik perhatian pengantin perempuan. Salah satu caranya adalah
dengan meletakkan tempat uang di atas bantal Sang isteri sewaktu dia
meninggalkan rumah. Peletakkan itu tentunya akan mudah diketahui oleh Sang
isteri, yaitu ketika sedang membersihkan tempat tidurnya. Dan, ini pada
gilirannya akan membuat adanya komunikasi, sehingga terwujud tegur-sapa, makan
bersama, dan akhirnya tidur bersama. Sebagai catatan, hal seperti itu dewasa
ini jarang terjadi.
- Berambih
Keesokan harinya, pagi-pagi akan
upacara mandi-mandi bagi kedua pengantin. Acara ini sekain untuk kedua
pengantin di ikuti pula oleh para kerabat dekat dan tetangga dekat yang ingin
mengikuti acara. Acara mandi-mandi biasanya dilakukan ditengah rumah atau
tempat khusus yang disediakan untuk upacara mandi-mandi.
Adapun acara mandi-mandi ini adalah
untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin telah selamat
melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami istri.
Kemudian, pengantin laki-laki memakai
sarung batik dan berbaju baru. Sedangkan pengantin perempuan memekai sarung
batik dan kemban (penutup dada). Kain batik ini lazim disebut sebagai “kain
basah” yang dipergunakan dalam acara mandi-mandi.

0 komentar:
Posting Komentar