Jumat, 14 September 2012

SBM (Adat Istiadat Perkawinan Melayu RIAU)


ADAT ISTIADAT PERKAWINAN
Melayu Riau


            Rangkaian kehidupan anak manusia tersangatlah panjangnya. Dimulai dari kandungan, lahir, masa bayi, masa kanak, masa remaja, masa dewasa, berumah tangga (berkeluarga) dan bermasyarakat, kemudian tua, dan akhirnya kembali kepada Sang Pencipta. Begitu pun agaknya dalam senarai perjalanan perkawinan orang Melayu sebagaimana yang sudah tersusun turun temurun dari dahulunya, yaitu dimulai dari pada :
  1. Merisik
Merisik1) berasal dari kata “risik” yang berarti “menyelidiki”. Ini artinya, sebelum adanya suatu perkawinan, penyelidikan terhadap seorang gadis perlu dilakukan oleh pihak keluarga laki-laki untuk menilai dan sekaligus menentukan apakah gadis tersebut layak menjadi menantu atau tidak. Kegiatan ini pada umumnya dilakukan oleh perempuan yang berumur separuh baya atau yang telah berumur sekitar empat puluh tahun ke atas. Orang tersebut oleh masyarakat setempat disebut sebagai tukang perisik. Tugasnya adalah mencermati secara diam-diam wajah atau rupa dan segala tingkah laku Si gadis. Untuk itu, tukang perisik mesti datang bertamu ke rumahnya.

  1. Merasi
          Tujan merasi adalah untuk memastikan apakah pasangan yang hendak di jodohkan itu sebenarnya cocok atau tidak. Artinya merasi merupakan kegiatan meramal atau menilik keserasian antara pasangan yang hendak dijodohkan. Kegiatan ini biasanya dilakukan melalui perantara seorang ahli yang sudah terbiasa bertugas mencari jodoh kepada orang yang hendakmenikah. Pencari jodoh tersebut akan memberikan pendapatnya bahwa pasangan tersebut dinilai cocok(sesuai) atau tidak.




  1. Meminang
 Jika hasil merisik menunjukkan bahwa gadis yang diselidiki bertingkah laku baik, sehingga pantas untuk dijadikan sebagai seorang menantu, maka pihak keluarga laki-laki memberitahukan dan membicarakannya dengan kerabat terdekat untuk menentukan waktu peminangan. Setelah ada kesepaktan tentang waktu atau hari peminangan, maka pihak keluarga laki-laki mengutus salah seorang yang dituakan (bisa laki-laki dan bisa juga perempuan) untuk memberitahu kepada pihak keluarga perempuan bahwa 3 atau 5 hari lagi ada rombongan yang akan datang untuk melakukan peminangan.
Ketika hari yang ditentukan tiba, maka pihak keluarga laki-laki mengirim rombongan peminangan yang biasanya berjumlah 5 orang, yaitu 1 orang ketua (laki-laki) dan 4 orang anggota (2 orang laki-laki dan 2 orang perempuan). Orang yang dipilih untuk menjadi ketua rombongan peminangan adalah orang yang bijak dan santun dalam berbicara dan bisa berpantun atau berseloka. Jika dalam kerabatnya orang seperti itu tidak ada, maka bisa minta tolong kepada orang lain (di luar kerabatnya) yang biasa melakukannya. Sedangkan, anggotanya yang berjumlah 4 orang itu biasanya terdiri atas 2 orang kerabat dan 2 orang tetangga.

  1. Mengantar tanda
 Jika peminangan disambut baik oleh pihak keluarga perempuan (disetujui), maka tahap berikutnya adalah mengantar tande. Kegiatan ini dilakukan hari ke 4 atau ke 5 dari peminangan. Sebagai persiapan, 2 atau 3 hari sebelumnya, keluarga pihak laki-laki akan mengundang kerabat, tetangga dan handai taulan terdekat untuk diikutsertakan dalam acara tersebut. Acara mengantar tande ini biasanya dipimpin oleh orang yang dalam peminangan  menjadi ketua rombongan. Orang tersebut dipilih karena dinilai mempunyai persyaratan yang pas, yaitu pintar berpantun, mempunyai selera humor yang tinggi, luas pergaulannya, dan tahu persis tentang adat perkawinan. Dalam hal ini orang tersebut sekaligus sebagai wakil pihak keluarga laki-laki.

Adapun perlengkapan yang perlu dipersiapkan dalam kegiatan ini adalah: (1) tepak sirih, (2) bunga rampai, (3) cincin, dan (4) barang pengiring. Tepak sirih berisi: sebuah pinang yang telah dikupas kulitnya, kapur-sirih dan gambir, tembakau, daun sirih, dan kacip. Buah pinang merupakan simbol keikhlasan, ketulusan, dan kelurusan hati (bagaikan tempulur buah pinang). Kapur-sirih yang berwarna merupakan simbol kesucian hati. Kapur ini jika dicampur dengan gambir akan berubah warnanya menjadi merah. Dan, warna ini merupakan simbol bahwa maksud yang diinginkan terkabul. Kapur-sirih yang telah dicampur dengan gambir ini diletakkan pada suatu tempat yang disebut cembol (semacam mangkok kecil yang diberi tutup). Tembakau, sesuai dengan sifatnya yang lembut, merupakan simbol kelembutan hati. Daun sirih3) yang banyak kegunaannya (tidak hanya sebagai salah satu bahan untuk menginang, tetapi juga dapat digunakan untuk membersihkan mata) merupakan simbol kebesaran, persaudaraan, dan persatuan.
Kacip adalah sebuah alat pembelah, pengupas dan peracik buah pinang yang terbuat dari besi. Alat ini terdiri atas dua bagian; bagian atas sebagai mata pisau dan bagian bawah sebagai alas untuk meletakkan buah pinang yang akan dibelah atau diracik. Jadi, setiap bagiannya mempunyai fungsi tersendiri. Oleh sebab itu, kacip merupakan simbol seiya sekata (kemufakatan). Bunga rampai terdiri atas: daun pandan; bunga melati, kemuning, dan kenanga. Agar aromanya semakin semerbak-harum, maka diberi sedikit minyak wangi. Bunga ini diletakkan pada suatu wadah yang disebut ceper atau sanggan yang beralaskan kain-renda dan bertutup kain-renda pula atau kain-tekat. Sesuai dengan kelembutan dan kewangiannya, maka bunga rampai merupakan simbol kebesaran, kelembutan, kebaikan, dan ketenangan.

  1. Mengantar belanja
          Mengantar  belanja(hantaran keperluan pesta pernikahan) dalam tahap ini pihak laki-lakikembali datang kerumah keluarga si gadis. Dal antar belanja keperluan pesta pernikahan biasanya ditentukan atas permintaan keluarga pihak perempuan. Sejumlah uang yang dibentuk sedemikian rupa dibawa beserta pengiringnya seperti seperangkat pakaian dan benda-benda yang disenangi sang gadis.
          Dalam acara antar belanja seperangkat tanun siak tak pernah ketinggalan untuk diberikan pad sang gadis. Kain tenun siak yang indah merupakan ciri khas kain tenun masyarakat melayu riau. Dalam adat melayu riau setiap hantaran biasanya berjumlah ganji. Makna yang terkandung alam jumlah ganjil dalam setiap hantaran yang diberikan terkait dengan nilai-nilai agama islam yang lebih menyukai angka ganjil seperti jumlah 99 asma’ul husna.

  1. Mengajak dan menjemput
          Acara mengajak dan menjemput adalah bagian dari persiapan yang dilakukan untuk melaksanakan pekerjaan dalam majelis nikah-kawin. Pelaksanaan dalampekerjaan ini didalam nya penuh mengandung nilai-nilai kebersamaan antara sesama.
          Sebelum diadakan acara mengajak dan menjemput terlebih dahulu diadakan musyawarah dirumah calon pengantin peempuan untuk menentukan siapa yang akan diajak dan dijemput. Pekerjaan menjemput ini hendaklah dilakukan secara seksama supaya orang-orang yang pantas dijak tidak tersalah. Disebabkan seperkara ini juga menyangkut kepada penghargaan dan kedudukan seseorang didalam masyarakat. Sehingga tampaklah pada pekerjaan mengajak dan menjemput ini mempunyai nilai etika dan moral yang tinggi.
          Untuk mengajak dan menjemput ini dilakukan oleh beberapa pasang suami istri yang sudah mempunyai pengalaman. Dan selalunya membawa tepak sirih yang lengkap dengan isinya.

  1. Menggantung-gantung
          Sebelum majelis pernikahan diperbuat, maka dilaksanakan terlebih dahulu kepada        pekerjaan menggantung-gantung. Pekerjaan menggantung ini biasanya dilakukan 4 atau 5 hari  sebelum hari pernikahan. Pekerjaan yang dilakukan dirumah calon pengantin perempuan ini  adalah berupa persiapan-persiapan. Yaitu membersihkan dan menghias rumah dengan menggunakan bermacam-macam tabir yang digantung dan membuat langit-langit dari kain, mengganti dan memasang ”lansi tingkap”, memasang dan menghias tempat tidur baru yang lengkap untuk pengantin baru, dan hal-hal lainnya yang diperlukan untuk menghadapi majelis pernikahan tersebut, termasuklah membuat dapur dan bangsal, membuat “peterakne” atau “peti ratna/peti rakna” yaitu tempat pengantin duduk bersanding, dan membuat pelaminan tempat tidur pengantin.
                   Acara menggantung biasanya didahului dengan tepung tawar dan kenduri kecil atau doa selamat supaya semua kerja yang dilakukan akan mendapat berkah dari Allah SWT. Yang ditepungbtawari ialah tempat disekitar pelaminan.
          Peterakne adalah sebuah bangku atau terap tempat duduk pengantin. Kelengkapan dari         peterakne yaitu:
1.     Bantal gaduk
2.    Bantal sesuari
3.    Bantal seraga
4.    Tabir
5.    Bertekad (yang terdiri atas kelingkang/geng-geng, benang emas dan perak, paku-paku, mutu dan perade.
  1. Berandam
          Upacara ini lazim dilakukan setelah malam berinai yaitu keesokan harinya. Tujuannya untuk menghapuskan/membersihkan sang calon pengantin dari ‘kotoran’ dunia sehingga hatinya menjadi putih dan suci.Berandam pada hakikatnya adalah melakukan pencukuran bulu roma pada wajah dan tengkuk calon pengantin wanita sekaligus juga membersihkan mukanya. Berandam adalah memotong atau mencukur rambut, baik calon pengantin laki-laki maun perempuan. Untuk calon pengantin laki-laki biasanya yang dicukur adalah rambut yang tumbuh di kepalanya saja.
          Sedangkan, untuk calon pengantin perempuan meliputi  rambut yang tumbuh tipis di tengkuk, pelipis dan dahi. Pencukuran ini, khususnya untuk calon pengantin perempuan, biasanya dilakukan sehari sebelum akad nikah. Untuk keperluan ini peralatan yang digunakan adalah (1) gunting rambut beserta pisau lipat (pisau cukur); (2) sebutir buah kelapa yang dikupas kulitnya dan dibentuk menyerupai gunung, kemudian dililiti dengan benang lima warna (merah tua, biru tua, hijau tua, kuning dan putih) yang masing-masing panjangnya sekitar satu depa.; (3) kain putih yang panjangnya dua hasta atau satu meter; dan (4) dua batang lilin.Sebelum berandam dilakukan, calon pengantin perempuan dimandikan oleh Mak Andam4) dengan air basa dan disudahi dengan mandi langir (air yang dicampur dengan sejenis akar yang mengeluarkan lendir dan dicampur dengan perasan jeruk nipis). Selanjutnya, adalah pemotongan rambut itu sendiri. Untuk itu, kedua  bahu  calon pengantin diselimuti dengan kain putih yang panjangnya sekitar dua hasta (seperti tukang cukur/pangkas hendak memangkas rambut langganannya). Sementara itu, Mak Andam mengambil gunting rambut lalu membaca mantra dan mencukurnya. Sisa-sisa rambut yang jatuh dikumpulkan kemudian dibungkus dengan kain putih lalu ditanam.
Sebagai catatan, setiap Mak Andam mempunyai mantera yang berbeda) Berikut ini adalah salah satu contoh mantera.

 “Limau manis limau setawar”.
          Selesai mencukur, Mak Andam mengelilingi calon pengantin perempuan sebanyak 3 kali dengan membawa buah kelapa yang dibentuk seperti puncak gunung dan dililit dengan benang lima warna. Maksudnya agar calon pengantin tersebut mempunyai keturunan yang gagah atau cantik (seperti sebuah gunung apabila dilihat dari jauh). Sedangkan, benang lima warna yang melilit itu diibaratkan sebagai sungai yang airnya selalu mengalir. Artinya, rezeki calon pengantin diharapkan mengalir terus bagaikan air sungai. Selanjutnya, dengan dua batang lilin yang menyala, Mak Andam mengelilingi calon pengantin perempuan, juga sebanyak 3 kali. Makna simbolik yang ada di balik lilin yang menyala itu adalah penerangan hidup. Ini artinya, agar calon pengantin kelak selalu berada di jalan yang terang (selalu berbuat baik),sehingga kehidupan rumah tangganya selalu rukun, damai dan sentosa.
          Sementara, berandam untuk calon pengantin laki-laki tidaklah serumit seperti yang dilakukan calon pengantin perempuan. Jika calon pengantin perempuan dicukur dulu baru dimandikan, maka calon pengantin laki-laki dicukur dulu baru dimandikan di sumur atau sungai yang dekat dengan tempat tinggalnya. Agar kelihatan lebih rapi dan gagah, biasanya rambut calon pengantin laki-laki dipangkas pendek. Adakala Sang pencukur dalam kesempatan ini memberi nasehat kepada calon pengantin laki-laki tentang bagaimana menjalani kehidupan berumah tangga yang baik, sehingga langgeng (tidak terjadi perceraian).

  1. Berinai
Tujuan upacara ini dimaksudkan untuk menolak bala dan melindungi pasangan pengantin dari marabahaya, termasuk bahaya yang kasat mata, menaikkan aura dan cahaya pengantin wanita dan memunculkan wibawa pengantin pria. Berinai berarti mengolesi kuku jari tangan dan kaki dengan inai. Acara ini dilakukan pada hari berikutnya (setelah acara bertepuk tepung tawar). Dalam hal ini kuku jari tangan dan kaki kedua mempelai diinai. Makna simbolik yang terkandung dalam penginaian ini adalah hidup baru. Artinya, dengan berinai, sepasang muda-mudi telah melangkahkan kakinya (memasuki) kehidupan berumah tangga.Pelaksanaan inai untuk pengantin laki-laki diawali dengan berbaringnya pengantin di atas tikar yang terbuat dari pandan. Kemudian, kedua telapak tangan dan kaki beserta ujung kuku jari-jarinya diolesi dengan inai.
 Sementara, pelaksanaan berinai untuk pengantin perempuan tidaklah seringkas pengantin laki-laki. Banyak hal yang harus disediakan dalam menginai pengantin perempuan. Jadi, tidak hanya inai semata, tetapi ada kelengkapan lain seperti lilin dan selembar kain panjang. Pelaksanaan inai untuk pengantin perempuan diawali dengan dibaringkannya Sang pengantin di atas kasur yang beralaskan tikar yang terbuat dari pandan. Itu masih ditutupi dengan tabir yang oleh masyarakat setempat disebut sebagai tabir kelek anak. Tabir ini berfungsi sebagai sebagai pembatas pelaminan dengan ruang tamu atau ruang serambi. Kemudian, Mak Andam menyalakan lilin. Lilin yang mencair diteteskan ke semua kuku jari tangan dan kaki Sang pengantin. Setelah itu, barulah inai dioleskan ke semua kuku jari-jarinya. Selanjutnya, Sang pengantin diselimuti dengan kain panjang yang sekaligus berfungsi sebagai selimut tidur. Pagi harinya (sebelum shalat subuh) Sang pengantin diminta untuk mencuci telapak tangan dan kaki serta jari-jarinya yang ditempeli dengan inai. Dengan demikian, Sang pengantin dapat melakukan shalat dengan sempurna.
  1. Berkhatam Qur’an
 Acara ini sudah selazimnya dilakukan oleh pasangan calon pengantin yang akan menikah. Para orangtua biasanya akan mengizinkan anaknya untuk menikah bila putra atau putrinya dinilai sudah pandaimengaji. Acara qatam Al-Quran ini akan dilakukan kedua pengantin di depan pelaminan yang diikutioleh sejumlah ibu-ibu pengajian berserta guru ngajinya.Setelah selesai melakukan qatam, kedua calon pengantin akan beranjak menuju rumah sang guru ngajiuntuk mengantar tabak yaitu pulut kuning yang sudah ditata rapi di atas sebuah wadah terbuat darikayu berukir yang telah dihiasi dengan ulur-ulur, bunga telor dan telor merah.

  1. Aqad nikah
Akad nikah adalah salah satu rangkaian dari proses perkawinan yang paling utama; sebab dengan dilaksanakannya akad nikah sepasang muda-mudi telah resmi menjadi suami-isteri. Tempatnya biasanya di depan pelaminan.. Di situlah sepasang calon pengantin duduk berhadapan dengan seorang Kahdi dan dua orang saksi di atas bunta. Tidak jauh dari tempat itu biasanya ada dua batang lilin yang diletakkan pada sebuah wadah yang terbuat dari tembaga. Sebelum akad nikah berlangsung, Kahdi meminta calon pengantin laki-laki untuk mengucapkan kalimat istighfar 3 kali, syahadat 3 kali, dan salawat kepada Nabi Muhammad Saw. Selain itu, Kahdi mengajarkan lafadz ijab kabul agar  dalam akad nikah yang sebentar lagi akan dilakukan dapat berjalan dengan lancar. Adapun lafadz yang diajarkan adalah sebagai berikut: “Saya terima nikahnya bla…bla…bla binti bla…bla…bla dengan mas kawin sebentuk cincin emas tunai”. (jika mas kawinnya berupa cincin emas).Akad nikahnya itu sendiri dipimpin oleh Kahdi yang disaksikan oleh dua orang saksi yang berperan tidak hanya semata-mata sebagai saksi suatu pernikahan, tetapi juga sekaligus sebagai pengesah suatu pernikahan. Dengan perkataan lain, jika pengucapan ijab kabul yang dilakukan oleh pengantin laki-laki itu benar, maka kedua orang saksi itulah yang mengesahkannya (maksudnya pengucapannya tidak perlu diulang).

  1. Tepuk tepung tawar
Acara selanjutnya, setelah akad nikah, adalah bertepuk tepung tawar. Untuk melaksanakan acara ini diperlukan perlengkapan, seperti: daun gandarusa, rumput sambau, daun puding emas, akar ribu-ribu, dan bahan-bahan yang pada gilirannya akan dijadikan sebagai penyapu atau pencecah, seperti: beras kunyit, beras basuh, bertih, air bedak berlimau, inai cecah dan inai untuk tari. Pada dasarnya tujuan pelaksanaan bertepuk tepung tawar ini adalah untuk menghilangkan sial- majal atau perasaan duka bagi yang ditepuk- tepung-tawari, sehinga hidupnya akan selamat dan sejahtera.Pelaksanaan bertepung tawar diawali dengan penaikkan pengantin perempuan ke pelaminan (peterakne) yang diikuti oleh pengantin laki-laki. Setelah keduanya duduk di pelaminan, seorang kakek atau nenek atau orang yang dituakan dari pihak pengantin perempuan diminta untuk memulainya. Selanjutnya, penepung-tawaran ini dilakukan secara bergantian (berselang- seling). Artinya, jika dari pihak pengantin perempuan sudah melaksanakan, maka selanjutnya adalah giliran pihak keluarga laki-laki. Demikian, seterusnya. Penepukan-tawaran ini tidak boleh dilakukan secara sembarangan, tetapi harus beraturan. Dalam hal ini penepuk yang telah dicelupkan pada air bedak berlimau diteteskan pada dahi kedua pengantin, kemudian bahu kanan dan kirinya, lalu telapak kanan dan kirinya (masing-masing sejumlah 3 kali). Makna simbolik yang terkandung dalam kegiatan ini adalah kesejukan, keselarasan, dan kesejahteraan. Penepungan-tawaran ini kemudian diikuti dengan penaburan beras kunyit, beras basuh, dan bertih yang telah dicampur menjadi satu ke atas kepala dan bahu kanan-kiri kedua pengantin sebanyak 3 kali. Penaburan ini merupakan simbol kesejahteraan.        Diharapkan dengan penaburan tersebut sepasang pengantin diberkati kesenangan, kebaikan, keselamatan, dan terhindar dari sial-majal yang berkepanjangan. Selanjutnya, kedua telapak kedua mempelai dicecah dengan inai yang merupakan simbol kesedekahan. Artinya, rezeki yang diperoleh, sebagian disisihkan untuk sedekah. Sebagai catatan, acara bertepuk tawar ini biasanya diiringi dengan tarian inai oleh tiga penari laki-laki. Tujuannya adalah agar suasana menjadi semakin meriah dan para tamu terhibur. Kemudian, acara ini ditutup dengan pembacaan doa selamat dan tolak bala. Setelah itu, para tamu dipersilahkan untuk menikmati hidangan yang biasanya berupa juadah.

  1. Bersanding
Barulah setelah akad nikah selesai dilakukan, kedua pengantin akan disandingkan di pelaminan dengancara duduk bersila. Untuk mengiringi pengantin dibunyikan tabuhan grup musik kompang. Acara lalu dilanjutkan dengan pemberian selamat serta doa restu kepada kedua mempelai yang sedang berbahagia agar dapat menjalani hidup perkawinannya dengan rukun dan bahagia sampai selamanya.

  1. Bersuap-suap
          Setelah kedua pengantin duduk bersanding,sampailah kepada “upacara bersuap – suap”. Acara ini adalah kedua pengantin menyuapi secara bergantian/ sebelum upacara dilakukan, sirih lelat yang di pegang pengantin laki-laki diambil. Setelah itu mak Andam mengambil pulut kuning dan dikepal-kepalnya,dibentuk menjadi bulat.Jumlahnya sebanyak dua buah.Makanan ini bersama bahan pelengkap memakannya yaitu telur.Makanan ini disuguhkan mak Andam kepada pengantin lelaki untuk di suapkan kepada pengantin perempuan, begitupun sebaliknya.

  1. Makan berhadap
          Biasanya pelaksanaan makan bersuap disejalankan dengan makan berhadap. Artinya setelah kedua pengantin makan bersuap, kemudian mereka makan berhadap. Saat kedua pengantin makan berhadap, maka undanganpun disuguhi degan makan dan minum. Untuk jemputan orang perempuan biasanya makan didalam sedangkan kaum laki-laki diluar rumah atau dihalaman rumah yaitu di bangsal yang telah disediakan. Tempat makanan yang disiapkan di bangsal, yaitu meja yang dibuat dari 3 keping papan, sedangkan tempat duduknya dari sekeping papan. Meja dan tempat duduk dipasang berjejer panjang memenuhi bagian bawah bangsal. Jemputan makan berhidang,maksudnya segala hidangan yang dipersiapkan dihidang untuk 3-5 orang.

  1. Menyembah
          Upacara ini berlangsung sebelum pengantin dibawa masuk kebilik oleh mak andam atau sebelum magrib atau biasa dilakukan sebelum sholat isya. Seusai acara siang, kedua pengantin makan malam bersama keluarga pihak pengantin perempuan. Kemudian pengantin disandingkan dan kemudian menyembah terhadap kedua orang tua pengantin perempuan termasuk kerabatnya. Urutannya di atur oleh mak andam dimulai dari kakek, nenek, ayah, emak, abang, kakak, adik, pak long, mak long, pak cik, mak cik, dan seterusnya yang masih kerabat dekat. Sering kali dalam acara menyembah ini, pengantin perempuan bertangis-tangisan dengan emak atau kerabat perempuan yang lain.
          Setelah selesai acara menyembah dirumah pengantin perempuan, barulah kedua pengantin menuju kerumah orang tua pengantin laki-laki untuk menyembah orang tua pengantin laki-laki dan para kerabatnya.

  1. Mandi-mandi
Setelah acara bersanding selesai, maka pada malam harinya, pengantin laki-laki hanya boleh tidur sendirian di atas pelaminan karena menurut adat (zaman dahulu) kedua pengantin tidak diperbolehkan tidur bersama pada malam pertama (selesai bersanding). Bahkan, sampai kurang lebih selama  satu minggu pengantin laki-laki mesti tidur sendirian di atas pelaminan. Masa ini oleh masyarakat setempat disebut “masa belum bertegur”. Untuk mempercepat habisnya masa itu pengantin laki-laki harus bisa menarik perhatian pengantin perempuan. Salah satu caranya adalah dengan meletakkan tempat uang di atas bantal Sang isteri sewaktu dia meninggalkan rumah. Peletakkan itu tentunya akan mudah diketahui oleh Sang isteri, yaitu ketika sedang membersihkan tempat tidurnya. Dan, ini pada gilirannya akan membuat adanya komunikasi, sehingga terwujud tegur-sapa, makan bersama, dan akhirnya tidur bersama. Sebagai catatan, hal seperti itu dewasa ini jarang terjadi.

  1. Berambih
          Keesokan harinya, pagi-pagi akan upacara mandi-mandi bagi kedua pengantin. Acara ini sekain untuk kedua pengantin di ikuti pula oleh para kerabat dekat dan tetangga dekat yang ingin mengikuti acara. Acara mandi-mandi biasanya dilakukan ditengah rumah atau tempat khusus yang disediakan untuk upacara mandi-mandi.
          Adapun acara mandi-mandi ini adalah untuk menunjukkan kepada masyarakat bahwa kedua pengantin telah selamat melakukan hubungan sebagaimana layaknya suami istri.
          Kemudian, pengantin laki-laki memakai sarung batik dan berbaju baru. Sedangkan pengantin perempuan memekai sarung batik dan kemban (penutup dada). Kain batik ini lazim disebut sebagai “kain basah” yang dipergunakan dalam acara mandi-mandi.


# Selesai #

0 komentar:

Posting Komentar