Sabtu, 25 Juli 2015

Pendidikan Sebagai Sistem dalam Perspektif Matematika



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam jiwanya secara individual adalah kemampuan dasar yang disebut para alhi psikologi sosial sebagai instink gregorius (naluri untuk hidup berkelompok) atau hidup bermasyarakat. Dan dengan naluri ini, tiap manusia secara individual ditinjau dari segi antropologi sosial disebut homo socius artinya makhluk yang bermasyarakat, saling tolong-menolong dalam rangka mengembangkan kehidupannya di segala bidang.
Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti bangsa indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil guna)  akan mampu mempercepat jalannya proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam alinea IV, Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, di mana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang. Untuk mewujudkan fungsi-fungsi pendidikan tersebut, serta untuk mencapai tujuan dari pendidikan, maka dibutuhkan sistem-sistem dalam pendidikan yang dimaksudkan agar proses pendidikan itu berjalan sebagaimana mestinya seperti apa yang diharapkan.

B.     Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari penjelasan tersebut ialah:
1.      Apa itu sistem?
2.      Apa manfaat pendekatan sistem dalam pembelajaran?
3.      Apa saja komponen sistem pembelajaran?
4.      Bagaimana kriteria dan variabel-variabel yang dapat memengaruhi sistem pembelajaran?

C.    Tujuan
Dan adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1.      Mengetahui apa yang dimaksud dengan sistem.
2.      Mengetahui manfaat dari adanya pendekatan sistem dalam pembelajaran.
3.      Memahami komponen dari sistem pembelajaran.
4.      Serta dapat memahami kriteria serta variabel-variabel yang dapat memengaruhi sistem pembelajaran.

D.    Manfaat
Manfaat dari dibuatnya makalah ini ialah agar mahasiswa mendapatkan ilmu tambahan dalam memahami pendidikan di Indonesia. Bagaimana sistem-sistem yang berjalan dalam pendidikian. Serta untuk menyiapkan para mahasiswa keguruan agar menjadi guru yang profesional kedepannya.


BAB II
PEMBAHASAN

A.      Orientasi Umum: Teori Sistem Pada Umumnya
1.      Pendekatan Sistem
a.       Batasan
Pendekatan sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.
b.      Tipe-tipe
1)      Filsafat sistem
Pendekatan sistem yang bertitik tolak konseptual/teoritis, dengan mempergunakan metode kognitif atau berpikir mencerminkan sesuatu untuk menggambarkan rancang bangunnya.
2)      Manajemen sistem
Bertitik tolak pragmatis/mencari manfaat, dengan mempergunakan metode sintesis atau memadukan unsur-unsur menjaadi kesatuan, untuk mengintegrasikan operasi-operasi kerja melalui perancangan operasional yang menekankan pada jaringan hubungan unsur-unsurnya.
3)      Analisis sistem
Bertitik tolak pada optimalisasi penggunaan sumber-sumber yang tersedia, dengan mempergunakan metode penyusunan model-model kerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang efektif dan efisisen dalam penggunaan sumber-sumber yang tersedia.[1]
2.      Teori Sistem
a.       Karakteristik teori sistem
1)      Keseluruhan adalah hal yang utama dan bagian-bagian adalah hal yang kedua.
2)      Integrasi adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem.
3)      Bagian-bagian membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.
4)      Bagian-bagian memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari keseluruhan.
5)      Sifat bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh keseluruhan terhadap hubungan-hubungan bagiannya.
6)      Kesekuruhan adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dari energi dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks.
7)      Segala sesuatu haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan bagian-bagian serta hubungan-hubungan, baru kemudian terjadi secara berangsur-angsur.
b.      Karakteristik umum sistem
1)      Cenderung ke arah entropi
2)      Hadir dalam ruang-waktu
3)      Mempunyai batas-batas
4)      Mempunyai lingkungan
5)      Mempunyai variabel dan parameter
6)      Mempunyai subsistem
7)      Mempunyai suprasistem
c.       Tipe-tipe sistem
1)      Sistem alami dan sistem buatan
a)      Sistem alami merupakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja berdasarkan hukum-hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat diramalkan secara ilmiah.
b)      Sistem buatan manusia adalah sistem yang dirancang, dilaksanakan, dan dikendalikaan oleh manusia, dan hubungan antara masukan yang diambil dari sistem alami, dengan hasil diatur oleh manusia.
2)      Sistem tertutup dan sistem terbuka
a)      Sistem tertutup yaitu sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu pendek. Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya berjalan otomatis.
b)      Sistem terbuka yaitu sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri dengan masukan dari lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah, dalam usaha dapat mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan bentuk operasinya dinamis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah karakteristik dan posisinya.
3)      Sistem pelayanan dan sistem memproduksi barang
a)      Sistem pelayanan yaitu sistem yang menghasilkan jasa yang diperlukan oleh para pelanggannya, baik melalui pelayanan umum maupun pelayanan pribadi.
b)      Sistem memproduksi barang yaitu sistem yang memproduksi barang olahan atau barang jadi yang siap dikonsumsi oleh para pelanggan di masyarakat.[2]

B.       Pengertian Sistem
Istilah sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Istilah sistem dipakai untuk menunjuk beberapa pengertian misalnya:
1.         Dipakai untuk menunjuk adanya suatu himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan secara alamiah maupun oleh budi daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu. Misalnya sistem tata surya.
2.         Sistem dapat menunjuk adanya alat-alat atau organ tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan andil terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit namun amat vital. Misalnya sistem syaraf.
3.         Sistem dapat dipakai untuk menunjuk sehimpunan gagasan atau ide yang tersusun dan terorganisasi sehingga membentuk suatu kesatuan yang logis. Misalnya sistem pemerintahan demokrasi.
4.         Sistem dapat digunakan untuk menunjuk suatu hipotesis atau uraian suatu teori. Misalnya pendidikan sistematis.
5.         Sistem dapat digunakan untuk menunjuk pada suatu cara atau metode. Misalnya sistem mengetik sepuluh jari, sistem belajar jarak jauh, sistem modul dalam pengajaran.
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk mencapai suatu hasil (product). Sebagai contoh, tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak, urat-urat, darah, syaraf dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri (fungsi yang berbeda-beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga merupakan suatu kebulatan atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain, semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang sudah ditetapkan.
Menurut Departemen Pendidikan dan kebudayaan (1984/1985) setiap sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.         Tujuan
Setiap sistem mempunyai tujuan. Sebagai contoh tujuan lembaga pendidikan adalah memberi pelayanan pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan pengajaran adalah agar siswa belajar perilaku tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
b.         Fungsi-fungsi
Adanya tujuan yang harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya berbagai fungsi yang diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Misalnya suatu lembaga pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan dengan baik, perlu adanya fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.
c.         Komponen-komponen
Bagian suatu sistem yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem disebut komponen. Jadi, sistem ini terdiri dari komponen-komponen dan masing-masing komponen mempunyai fungsi khusus, misalnya komponen sistem intruksional meliputi manusia (guru, konselor, administrator, petugas-petugas lainnya), material (buku, papan tulis, fotografi, slide, film), fasilitas peralatan dan prosedur, jadwal dan metode. Masing-masing komponen di atas menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan. Komponen di atas disebut juga komponen integral, yaitu komponen yang harus ada pada setiap kegiatan instruksional.
d.        Interaksi atau saling hubungan
Semua komponen dalam suatu sistem, seperti komponen-komponen intruksional tadi saling berhubungan satu sama lain, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan.
e.         Penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan
Misalnya dalam kegiatan belajar mengajar guru berusaha menimbulkan jalinan keterpaduan antara berbagai komponer instruksional dengan melaksanakan pengembangan sistem instruksional untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
f.          Proses transformasi
Semua sistem mempunyai misi untuk mencapai suatu tujuan, untuk itu diperlukan suatu proses yang memproses masukkan (input) menjadi hasil-hasil (output).
g.         Umpan balik untuk koreksi
Untuk mengetahui apakah masing-masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi kontrol yang mencakup monitoring dan koreksi. Hasil monitoring dijadikan dasar pertimbangan untuk melaksanakan perubahan-perubahan, penentuan, perbaikan, atau penyesuaian-penyesuaian agar masing-masing berprestasi tinggi.
h.         Daerah batasan dan lingkungan
Antara suatu sistem dan bagian-bagian lain atau lingkungan di sekitarnya akan terjadi interaksi. Namun, antara suatu sistem dan sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu. Suatu sistem dapat pula merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar (suprasistem).[3]

C.      Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan sebagai berikut:

Proses Pendidikan Sebagai Sistem

Keluaran/Hasil
Proses Usaha
Masukan
 


Masukan usaha pendidikan ialah peserta didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu (antara lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode mengajar, dan lain-lain. Sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil belajar (yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya suatu proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar, hasil proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah) tertentu.
Departemen Pendidikandan Kebudayaan (1979) menjelaskan pula bahwa “pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai unsur-unsur tujuan/ sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan, struktur/jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas.”
Selanjutnya dijelaskan bahwa setiap unsur dalam sistem pendidikan ini saling berkaitan dan pengaruh mempengaruhi. Kelemahan salah satu unsur dalam sistem tersebut akan mempengaruhi seluruh sistem pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam usaha mengembangkan sistem pendidikan, setiap unsur pokok dalam sistem pendidikan harus mendapatkan perhatian dan pengembangan yang utama.
P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas komponen pendidikan seperti berikut.
a.         Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang hendak dicapai oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya. Contohnya ada tujuan umum pendidikan, yaitu tujuan yang tercantum dalam peraturan perundangan negara, yaitu tujuan pendidikan nasional, ada tujuan institusional, yaitu tujuan lembaga tingkat pendidikan dan tujuan program, seperti S1, S2, S3; ada tujuan kurikuler, yaitu tujuan setiap suatu mata pelajaran / mata kuliah; dan ada tujuan instruksional pengajaran / mata kuliah. Tujuan yang terakhir ini dibagi dua pula, yaitu tujuan pengajaran (instruksional) umum dan tujuan pengajaran (instruksional khusus).
b.         Peserta Didik
Fungsinya ialah belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku sesuai dengan tujuan sistem pendidikan. Contohnya, berapa umurnya, berapa jumlahnya, bagaimana tingkat perkembangannya, pembawaannya, motivasinya untuk belajar, dan sosial ekonomi orang tuanya.
c.         Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan, mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam pengelolaan sistem pendidikan, contohnya, pemimpin yang mengelola sistem pendidikan itu bersifat otoriter, demokratis, atau laissez-faire.
d.        Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur pembagian waktu dan kegiatan. Contohnya, pembagian waktu ujian, wisuda, kegiatan perkuliahan, seminar, kuliah kerja nyata, kegiatan belajar mengajar dan program pengalaman lapangan.
e.         Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta didik. Juga mengarahkan dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses pendidikan. Contohnya, isi bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran atau mata kuliah, dan untuk pengalaman lapangan.
f.          Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik. Contohnya, pengalaman dalam mengajar, status resminya guru yang sudah diangkat atau tenaga sukarela dan tingkatan pendidikannya.
g.         Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik dan lebih bervariasi. Contohnya, film, buku, papan tulis, peta.
h.         Fasilitas
Fungsinya untuk tempat terselenggaranya proses pendidikan. Contohnya, gedung dan laboratorium beserta perlengkapannya.
i.           Teknologi
Fungsinya memperlancar dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang dimaksud dengan teknologi ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem pendidikan berjalan dengan efisien dan efektif. Contohnya, pola komunikasi satu arah, artinya guru menyampaikan pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan mencatat; atau pola komunikasi dua arah, artinya ada dialog antara guru dan peserta didik.
Pada pola terakhir ini peserta didik banyak yang mempunyai kesempatan untuk bertanya, mengajukan pendapat kepada guru, teman-teman yang duduk di kiri-kanannya, atau antar peserta didik.
Contoh yang lain, teknik yang digunakan guru tidak pernah menggunakan alat bantu belajar, hanya berceramah.
j.           Pengawasan Mutu
Fungsinya membina peraturan-peraturan dan standar pendidikan. Contohnya, peraturan tentang penerimaan anak/peserta didik dan staf pengajar, peraturan ujian, dan penilaian.
k.         Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan. Contohnya, dulu bangsa Indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil tetapi sekarang bangsa Indonesia sudah pandai. Sebelum tahun 1980-an, kebanyakan perguruan tinggi di Indonesia belum melaksanakan sistem Satuan Kredit Semester (SKS), sekarang hampir seluruh perguruan tinggi telah melaksanakannya.
l.           Biaya
Fungsinya melancarkan proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingkat efesiensi sistem pendidikan. Contohnya, sekarang biaya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama antara keluarga, pemerintah dan masyarakat.
Pendidikan sebagai suatu sistem dapat pula digambarkan dalam bentuk model dasar input-output berikut ini.

Model Input-Output Pendidikan

     Lingkungan                                                                      Lingkungan
Hasil Pendidikan
Sistem Pendidikan
Masukan Pendidikan
 




Segala sesuatu yang masuk dalam sistem dan berperanan dalam proses pendidikan disebut masukan pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan.[4]

D.      Pengertian Pendidikan Nasional
Menurut Sunarya (1969), Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sementara itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), merumuskan bahwa pendidikan nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga negara Indonesia menjadi Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat dan mampu membudayakan alam sekitar.
Dalam Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar ini dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan batang tubuh UUD 1945 Bab XIII Pasal 31.[5]
E.       Pendidikan Nasional Sebagai Suatu Sistem
Menurut Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan Nasional dikemukakan Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya di masa yang akan datang.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan.
Berdasarkan tujuan pendidikan nasional itulah dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia. Setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dijelaskan dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN).
Zahar Idris (1987) mengemukakan bahwa “Pendidikan nasional sebagai suatu sistem adalah karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai hubungan fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan tujuan nasional seperti tercantum dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam rangka mencapai tujuan nasional itu, pendidikan merupakan salah satu sistem, di samping sistem-sistem lainnya seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, pertahanan dan keamanan.
Reja Mudyaharjo dan Waini Rasyidin mengemukakan, pendidikan nasional Indonesia merupakan sistem sosial dan salah satu sektor dalam keseluruhan kehidupan bangsa yang sedang membangun. Lalu menurut Katz dan Kahn, sistem sosial merupakan sebuah kesatuan peristiwa, atau kejadian yang dilakukan sekelompok orang untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Sebagai sistem sosial, pendidikan merupakan sistem terbuka yang oleh Katz dan Kahn diberi definisi sebagai sistem yang memperoleh masukan dari lingkungan dan memberikan hasil transformasinya kepada lingkungan.
Selanjutnya dijelaskan bahwa ciri-ciri umum sistem terbuka, yaitu:
a.       Mengambil energi (masukan) dari lingkungan.
b.      Mentransformasikan energi yang tersedia.
c.       Memberikan hasil kepada lingkungan.
d.      Sistem merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus menerus berlangsung.
e.       Untuk dapat hidup terus, sistem harus bergerak melawan proses entropi/kehancuran.
f.       Masukan sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat materiil, tetapi juga berupa informasi yang mengambilnya bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan negatif.
g.      Dalam sistem terdapat keadaan statis dan keseimbangan intern (homeostatis) yang dinamis.
h.      Sistem bergerak menuju untuk melakukan peranan-peranan yang semakin berdiferensiasi.
i.        Sistem dapat mencapai akhir yang sama dengan kondisi awal yang berbeda dan dengan cara-cara pencapaian yang tidak sama.
Kehidupan bangsa merupakan lingkungan pendidikan dan supra sistem dari sistem pendidikan yang bekerja bersama-sama dengan sistem lainnya (misalnya, ekonomi, politik, agama) dalam rangka mencapai tujuan nasional.
Jika dihubungkan dengan pembangunan nasional maka hakikat tujuan nasional ialah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan membangun seluruh rakyat Indonesia. Motor penggerak utama pembangunan ialah unsur manusia itu sendiri, sedangkan kemajuan teknologi, pengetahuan, dan modal adalah unsur penunjang.
Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No.2 Tahun 1989, Bab II Pasal 4 juga dijelaskan pengertian manusia Indonesia seutuhnya.
Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya (MIS) meliputi tujuh potensi kepribadian sikap dasar dan lima wawasan dasar seperti berikut.
a.         Potensi kepribadian manusia Indonesia seutuhnya secara integral meliputi panca indera yang sehat; pikir dan daya penalaran; perasaan yang halus, etis dan estetis; karsa yang kuat dan tulus; daya cipta yang kaya sebagai potensi kreatifitas; karya, darma bakti dan amal dalam kehidupan; dan budi nurani yang luhur sebagai prwujudan martabat kepribadian manusia.
b.         Sikap dasar yang menjadi substansi utama dalam pembinaan manusia Indonesia seutuhnya, seperti berikut:
1)      Sikap hidup sehat; sadar dan selalu memelihara makanan sehat (bergizi), olah raga yang teratur, istirahat dan rekreasi yang cukup.
2)      Sikap hidup hemat, hidup sederhana, berdaya guna dan suka menabung.
3)      Sikap hidup cermat (telaten); cermat berbicara, menulis, bekerja, membeli dan menjual (agar tidak mudah tertipu).
4)      Sikap hidup rajin; belajar dan bekerja, mendayagunakan waktu, tenaga dan sumber alam secara produktif.
5)      Sikap hidup yang berdisiplin; setia dan bertanggung jawab/sadar akan disiplin waktu, setia dan sadar akan disiplin hukum kenegaraan dan kemasyarakatan; setia dan sadar serta tulus dalam menunaikan kewajiban-kewajiban moral keagamaan.
6)      Sikap hidup berani dan berilmu; berani merintis cita-cita dan gagasan yang prospektif; mendasarkan diri dan gagasan atas nilai-nilai ilmu pengetahuan, penalaran yang sehat.
7)      Menurut hati nurani secara sadar dan penuh tanggung jawab menuju kehidupan mandiri.
c.         Wawasan dasar manusia Indonesia seutuhnya.
Manusia Indonesia seutuhnya mempunyai wawasan mendasar dalam mempertimbangan dan menetapkan sikap dan keputusan serta tindakan. Wawasan dasar ini meliputi:
1)      Wawasan yang seimbang antara potensi, kebutuhan dan nilai jasmani dengan rohani dalam kepribadian manusia.
2)      Wawasan yang seimbang antara kehidupan individualistis dengan kemasyarakatan (pribadi dan sosial) berdasarkan tata nilai sosial budaya dan kenegaraan.
3)      Wawasan yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat dengan tata nilai religius yang diyakini masing-masing.
4)      Wawasan kesejahteraan; sadar bahwa manusia masa kini adalah pewaris cita-cita pendahulunya dan pembina masa depan demi generasi penerus. Sejarah adalah mata rantai perjuangan bangsa dan pasang surut sosial budaya bangsa yang berkesinambungan.
5)      Wawasan yang seimbang antara subyek manusia dan alam lingkupan hidup; antara subyek warga negara dan Tanah air. Manusia hidup dalam kondisi alam yang sehat dan subur; manusia bertanggung jawab atas terpeliharanya kondisi alam yang demikian. Hendaknya isi pendidikan nasional disesuaikan dengan tujuan pendidikan yang tercantum di dalam GBHN, seperti GBHN 1978 dan GBHN 1983 di atas (dan dalam GBHN-GBHN seterusnya) dengan tujuh nilai dan sikap hidup, serta gambaran-gambaran manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi potensi kepribadian tujuh sikap dasar dan lima wawasan seperti yang diuraikan di atas.[6]

F.       Manfaat Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Merencanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem memiliki beberapa manfaat, di antaranya:
Pertama, melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan dengan jelas. Mengajar adalah proses yang bertujuan. Mau dibawa ke mana siswa? Apa yang harus mereka lakukan dalam proses pembelajaran? Semuanya tergantung pada tujuan yang ingin dicapai. Melalui tujuan itulah kita dapat menetapkan arah dan sasaran dengan pasti.
Perumusan tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan. Dengan demikian, segala usaha baik guru maupun siswa diarahkan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, melalui pendekatan sistem setiap guru dapat lebih memahami tujuan dan arah pembelajaran, sehingga melalui tujuan yang jelas, bukan saja dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran dan pengembangan komponen yang lainnya, akan tetapi juga dapat dijadikan kriteria efektivitas proses pembelajaran.
Dapat kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses pembelajaran tanpa adanya tujuan yang jelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan menjadi fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit menentukan efektivitas proses pembelajaran.
Kedua, pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara sistem adalah berpikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Sebab melalui langkah yang sistemis kita dituntun untuk melakukan proses pembelajaran setahap demi setahap dari seluruh rangkaian kegiatan, sehingga kemungkinan kegagalan dapat dihindari. Dengan demikian, pendekatan sistem juga dapat menhindari kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan.
Ketiga, pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala potensi dan sumber daya yang tersedia. Sistem dirancang agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan demikian, berpikir sistemis adalah berpikir bagaimana agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh siswa. Demi ketercapaian tujuan pembelajaran dalam kerangka sistem itulah setiap guru berusaha memanfaatkan seluruh potensi yang relevan dan tersedia.
Keempat, pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui proses umpan balik dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil dicapai atau belum. Hal ini sangat penting sebab mempunyai tujuan merupakan tujuan utama dalam berpikir sistemik. Misalnya, manakala berdasarkan umpan balik diketahui tujuan tidak berhasil dicapai, komponen mana yang perlu diperbaiki, dan komponen mana yang perlu dipertahankan? Apakah setiap komponen harus dilakukan penyesuaian atau hanya komponen tertentu saja? Bagaimana kadar perbaikan setiap komponen tersebut? Semua itu dapat diperoleh dari hasil kajian umpan balik.[7]

G.      Komponen Sistem Pembelajaran
Perencanaan pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional tentang sasarandan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran mengarah pada proses Tupenerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangkan, desain pembelajaran menekankan pada merancang program pembelajaran untuk membantu proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan berorientasi pada kurikulum; sedangkan desain berorientasi pada proses pembelajaran.
Namun demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem. Kalau kita anggap perencanaan pembelajaran sebagai suatu sistem, maka di dalamnya harus memiliki komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan pembelajaran tercapai secara optimal.
Berdasarkan gambar tersebut terdapat beberapa komponen sistem pembelajaran yakni:
1.         Siswa
Proses pembelajaran pada hakikatnya diarahakan untuk membelajarkan siswa agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat dari segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
Analisis siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum merencanakan suatu proses perencanaan pembelajaran. Misalnya, kita membutuhkan informasi tentang apa saja yang harus diketahui oleh mereka sesuai dengan tuntutan kurikulum? Apa saja yang sudah mereka ketahui dan mana saja yang belum diapahami? Masalah apa saja yang mereka hadapi dalam proses belajar? Adakah sesuatu yang mereka harapkan dalam proses pembelajaran dan lain sebagainya. Apabila kita telah memahami persoalan-persoalan yang berhubungan dengan siswa, maka selanjutnya kita dapat memulai melakukan proses perencanaan dan menyusun desain. Jadi dengan demikian, keputusan apapun yang harus kita ambil sebaiknya berangkat dari kondisi siswa yang akan kita belajarkan.
2.         Tujuan
Tujuan adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai subjek belajar.
Dalam konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya tujuan penyelenggaraan pendidikan diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri, misalnya:
·                Melatih siswa agar memiliki kemampuan tinggi dalam bidang permesinan.
·                Mengajarkan keterampilan dasar bagi siswa.
·                Memberikan jaminan agar lulusan menjadi tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativitas yang tinggi dan lain sebagainya.
Selanjutkan tujuan yang bersifat umum itu diterjemahankan menjadi tujuan yang lebih spesifik, misalnya:
·                Mempersiapkan siswa agar menguasai bidang permesinan X (contohnya mesin diesel).
·                Memberikan pelajaran agar siswa memiliki kemampuan dalam membaca, menulis, dan berhitung.
·                Menjadi agar lulusan memiliki kemampuan untuk dapat berkarier atau bekerja dalam bidang ekonomi, consumer information, musik dan seni, serta bidang olahraga.
Tujuan-tujuan tersebut sebenarnya merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Artinya tujuan-tujuan khusus, yang dirumuskan harus berorientasi pada pencapaian tujuan umum tersebut. Tujuan-tujuan khusus yang direncanakan oleh guru meliputi:
a.              Pengetahuan, informasi, serta pemahaman sebagai bidang kognitif.
b.             Sikap dan apresiasi sebagai tujuan bidang afektif.
c.              Berbagai kemampuan sebagai bidang psikomotorik.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan khusus dirumuskan sebagai teknik untuk mencapai tujuan pendidikan.
3.         Kondisi
Kondisi adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.demikian juga dalam mendesain pembelajaran desainer perlu menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan penuh motivasi dan penuh gairah. Oleh sebab itu, tugas guru adalah memfasilitasi pada siswa agar mereka belajar sesuai dengan minat, motivasi, dan gayanya sendiri. Semuanya itu bisa dirancang melalui pendekatan belajar secara klasikal dalam kelompok kelas besar, kelompok kelas kecil dan bahkan belajar secara mandiri. Namun demikian, walaupun para desainer menggunakan berbagai pendekatan pada akhirnya sasaran akhir adalah bagaimana agar setiap individu dapat belajar. Oleh karena itu, tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah siswa secara individual.
4.         Sumber-sumber Belajar
Sumber belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru, petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar. Dalam proses merencanakan pembelajaran, perencana harus dapat menggambarkan apa yang harus dilakukan guru dan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar secara optimal. Sedangkan dalam mendesain pembelajaran para desainer perlu menentukan sumber belajar apa dan bagaimana cara memanfaatkannya.
5.         Hasil Belajar
Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Sedangkan, tugas seorang desainer dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrumen juga perlu merancang cara menggunakan instrumen beserta kriteria keberhasilannya. Hal ini perlu dilakukan, sebab dengan kriteria yang jelas dapat ditentukan apa yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari isi atau bahan pelajaran.[8]

H.      Kriteria dan Variabel-variabel yang Dapat Memengaruhi Sistem Pembelajaran
1.         Hasil Belajar Sebagai Kriteria Keberhasilan Sistem Pembelajaran
Pembelajaran merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Kedua sisi ini sama pentingnya, bagaikan dua buah sayap pada seekor burung. Seharusnya keberhasilan suatu sistem pembelajaran ditentukan oleh sisi produk dan sisi proses. Keberhasilan pembelajaran yang hanya dilihat dari satu sisi saja tidak akan sempurna.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Misalkan, ketika guru merumuskan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai: diharapkan siswa dapat menyebutkan 2x2, maka pembelajaran dianggap berhasil manakala siswa dapat menyebutkan atau menuliskan angka 4, tanpa perlu menguraikan dari mana angka 4 itu didapat.
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Dengan kata lain keberhasilan pembelajaran yang hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan mengerdilkan makna pembelajaran itu sendiri.
Dewasa ini, dengan sistem kelulusan diukur dari keberhasilan siswa dapat menjawab soal-soal tes seperti yang disajikan dalam soal Ujian Negara, maka kriteria terhadap hasil belajar menjadi tren bagi guru-guru kita. Upaya guru di dalam kelas mengutamakan agar siswa dapat menjawab setiap pertanyaan secara tepat dan cepat, sehingga apa yang dilakukan guru-guru cenderung untuk mengabaikan proses pembelajaran sebagai proses yang mengandung unsur-unsur edukatif. Dengan demikian strategi-strategi pembelajaran yang berorientasi pada proses belajar seperti CTL, problem solving, inkuiri, dan lain sebagainya menjadi tidak bermakna. Guru-guru di sekolah yang berperan sebagai manager of teaching berupaya dengan sekuat tenaga agar siswa mampu menjawab soal-soal yang diprediksi akan keluar dalam ujian secara cepat dan tepat.
Kemudian apa makna dari semua ini? Ya, maknanya adalah kita telah mempersempit pengertian kompetensi sebagai perpaduan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat diimplementasikan pada cara bertindak sehari-hari menjadi kemampuan menjawab soal-soal ujian dalam mata pelajaran yang diujikan. Manakala kita menetapkan kriteria keberhasilan pendidikan diukur dari hasil belajar seperti itu, maka kita perlu konsisten dan tidak malu-malu mengatakan bahwa tujuan pendidikan kita yang paling utama adalah penguasaan materi pelajaran bukan pembentukan sikap mandiri yang kreatif, berakhlak mulia, dan memiliki tanggung jawab. Dengan demikian, kita perlu melatih dan membekali guru-guru kita dengan berbagai strategi yang dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguasai materi pelajaran sebanyak-banyaknya.

2.         Variabel yang Berpengaruh Terhadap Keberhasilan Sistem Pembelajaran
Variabel yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
a.              Faktor guru
Keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Dalam sistem pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana (planer) atau desainer pembelajaran, secara implementator dan atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa, fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran.
Dalam pelaksanaan perannya sebagai implementator rencana dan desain pembelajaran guru bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman Kirby (1981) menyatakan: “One underlying emphasis should be noticeable: that the quality of the teacher is the essential, constant feature in the success of any educational system”.
Menurut Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas guru, yaitu: “teacher formative experience, teacher training experience dan teacher properties”.
Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang sosial mereka. Yang termasuk kedalam aspek ini diantaranya meliputi tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan adat istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal, misalkan apakah guru itu berasal dari guru yang tergolong mampu atau tidak; apakah mereka berasal dari keluarga harmonis atau bukan.
Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan, pengalaman jabatan, dan lain sebagainya.
Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau intelegensi  pengelolaan pembelajaran termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
b.             Faktor siswa
Siswa adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya. Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Sikap dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran, juga merupakan aspek lain yang dapat memengaruhi sistem pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat aktif dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan memengaruhi proses pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun faktor siswa dan guru merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.
c.              Faktor sarana dan prasarana
Sarana adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan sekolah dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya, jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya. Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran.
d.             Faktor lingkungan
Dilihat dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis.
Faktor organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Faktor lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi secara internal maupun eksternal.
Secara internal, adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah. Sedangkan secara eksternal, adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan dunia luar.[9]



BAB III
PENUTUP

A.    Simpulan
Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem mempunyai tujuan, fungsi-fungsi, komponen-komponen, saling hubungan, penggabungan yang menimbulkan jalinan perpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk koreksi, serta daerah batasan dan lingkungan.
Komponen-komponen pendidikan ada dua belas yaitu, tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen atau pengelolaan, struktur dan jadwal waktu, isi dan bahan pengajaran, guru dan pelaksana, alat bantu belajar, fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitiandan biaya.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya.
Variabel yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor lingkungan.

B.     Saran
Untuk perangkat sekolah seharusnya memperhatikan akan sistem pendidikan di sekolahnya masing-masing, apakah sudah berjalan dengan baik atau belum. Hendaknya disegerakan untuk memperbaiki sistem-sistem pendidikan yang tidak bagus, guna untuk memajukan pendidikan bagi anak, agar anak dapat dengan nyaman mempelajari pelajaran yang diberikan.
Juga diharapkan pada pemerintah untuk membantu perangkat-perangkat sekolah untuk memperbaiki sistem pendidikan disekolah-sekolah, terutama sekolah yang terletak di pedalaman desa.


DAFTAR PUSTAKA

Ihsan, Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta: Rineka Cipta, 2010.
Mudyahardjo, Redja. Pengantar Pendidikan. Jakarta; Rajawali Press, 2012.
Sanjaya, Wina. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.


[1] Redja Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, Cet. 7, hal. 40
[2] Ibid, hal. 41
[3] Fuad Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan, Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet. 6, hal. 107
[4] Ibid, hal. 110
[5] Ibid, hal. 114
[6] Ibid, hal. 115
[7] Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet. 5, hal. 7
[8] Ibid, hal. 9
[9] Ibid, hal. 13

0 komentar:

Posting Komentar