BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Salah satu naluri manusia yang terbentuk dalam
jiwanya secara individual adalah kemampuan dasar yang disebut para alhi
psikologi sosial sebagai instink gregorius (naluri untuk hidup berkelompok)
atau hidup bermasyarakat. Dan dengan naluri ini, tiap manusia secara individual
ditinjau dari segi antropologi sosial disebut homo socius artinya makhluk yang
bermasyarakat, saling tolong-menolong dalam rangka mengembangkan kehidupannya
di segala bidang.
Pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti
bangsa indonesia saat ini merupakan kebutuhan mutlak yang harus dikembangkan
sejalan dengan tuntutan pembangunan secara tahap demi tahap. Pendidikan yang
dikelola dengan tertib, teratur, efektif dan efisien (berdaya guna dan berhasil
guna) akan mampu mempercepat jalannya
proses pembudayaan bangsa yang berdasarkan pokok pada penciptaan kesejahteraan
umum dan pencerdasan kehidupan bangsa kita, sesuai dengan tujuan nasional
seperti tercantum dalam alinea IV, Pembukaan UUD 1945.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling
penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi
semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia,
di mana iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi
kehidupan segala bidang. Untuk mewujudkan fungsi-fungsi pendidikan tersebut,
serta untuk mencapai tujuan dari pendidikan, maka dibutuhkan sistem-sistem
dalam pendidikan yang dimaksudkan agar proses pendidikan itu berjalan
sebagaimana mestinya seperti apa yang diharapkan.
B.
Rumusan
Masalah
Adapun
rumusan masalah dari penjelasan tersebut ialah:
1. Apa
itu sistem?
2. Apa
manfaat pendekatan sistem dalam pembelajaran?
3. Apa
saja komponen sistem pembelajaran?
4. Bagaimana
kriteria dan variabel-variabel yang dapat memengaruhi sistem pembelajaran?
C.
Tujuan
Dan
adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui
apa yang dimaksud dengan sistem.
2. Mengetahui
manfaat dari adanya pendekatan sistem dalam pembelajaran.
3. Memahami
komponen dari sistem pembelajaran.
4. Serta
dapat memahami kriteria serta variabel-variabel yang dapat memengaruhi sistem
pembelajaran.
D.
Manfaat
Manfaat dari dibuatnya makalah ini ialah agar
mahasiswa mendapatkan ilmu tambahan dalam memahami pendidikan di Indonesia.
Bagaimana sistem-sistem yang berjalan dalam pendidikian. Serta untuk menyiapkan
para mahasiswa keguruan agar menjadi guru yang profesional kedepannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Orientasi
Umum: Teori Sistem Pada Umumnya
1. Pendekatan
Sistem
a. Batasan
Pendekatan
sistem adalah cara-cara berpikir dan bekerja yang menggunakan konsep-konsep
teori sistem yang relevan dalam memecahkan masalah.
b. Tipe-tipe
1) Filsafat
sistem
Pendekatan sistem yang
bertitik tolak konseptual/teoritis, dengan mempergunakan metode kognitif atau
berpikir mencerminkan sesuatu untuk menggambarkan rancang bangunnya.
2) Manajemen
sistem
Bertitik tolak
pragmatis/mencari manfaat, dengan mempergunakan metode sintesis atau memadukan
unsur-unsur menjaadi kesatuan, untuk mengintegrasikan operasi-operasi kerja
melalui perancangan operasional yang menekankan pada jaringan hubungan
unsur-unsurnya.
3) Analisis
sistem
Bertitik tolak pada
optimalisasi penggunaan sumber-sumber yang tersedia, dengan mempergunakan
metode penyusunan model-model kerja untuk mencapai tujuan-tujuan yang efektif
dan efisisen dalam penggunaan sumber-sumber yang tersedia.[1]
2. Teori
Sistem
a. Karakteristik
teori sistem
1) Keseluruhan
adalah hal yang utama dan bagian-bagian adalah hal yang kedua.
2) Integrasi
adalah kondisi saling hubungan antara bagian-bagian dalam satu sistem.
3) Bagian-bagian
membentuk sebuah keseluruhan yang tak dapat dipisahkan.
4) Bagian-bagian
memainkan peranan mereka dalam kesatuannya untuk mencapai tujuan dari
keseluruhan.
5) Sifat
bagian dan fungsinya dalam keseluruhan dan tingkah lakunya diatur oleh
keseluruhan terhadap hubungan-hubungan bagiannya.
6) Kesekuruhan
adalah sebuah sistem atau sebuah kompleks atau sebuah konfigurasi dari energi
dan berperilaku seperti sesuatu unsur tunggal yang tidak kompleks.
7) Segala
sesuatu haruslah dimulai dari keseluruhan sebagai suatu dasar, dan
bagian-bagian serta hubungan-hubungan, baru kemudian terjadi secara
berangsur-angsur.
b. Karakteristik
umum sistem
1) Cenderung
ke arah entropi
2) Hadir
dalam ruang-waktu
3) Mempunyai
batas-batas
4) Mempunyai
lingkungan
5) Mempunyai
variabel dan parameter
6) Mempunyai
subsistem
7) Mempunyai
suprasistem
c. Tipe-tipe
sistem
1) Sistem
alami dan sistem buatan
a) Sistem
alami merupakan benda-benda atau peristiwa-peristiwa alam yang bekerja
berdasarkan hukum-hukum alam, dan hubungan antara masukan dengan hasil dapat
diramalkan secara ilmiah.
b) Sistem
buatan manusia adalah sistem yang dirancang, dilaksanakan, dan dikendalikaan
oleh manusia, dan hubungan antara masukan yang diambil dari sistem alami,
dengan hasil diatur oleh manusia.
2) Sistem
tertutup dan sistem terbuka
a) Sistem
tertutup yaitu sistem yang struktur organisasi bagian-bagiannya tidak mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sekurang-kurangnya dalam jangka waktu
pendek. Struktur bagian-bagian tersusun secara tetap dan bentuk operasinya
berjalan otomatis.
b) Sistem
terbuka yaitu sistem yang struktur bagian-bagiannya terus menyesuaikan diri
dengan masukan dari lingkungan yang terus-menerus berubah-ubah, dalam usaha
dapat mencapai kapasitas optimalnya. Struktur bagian-bagian bersifat lentur dan
bentuk operasinya dinamis, karena bagian-bagian dalam sistem dapat berubah
karakteristik dan posisinya.
3) Sistem
pelayanan dan sistem memproduksi barang
a) Sistem
pelayanan yaitu sistem yang menghasilkan jasa yang diperlukan oleh para
pelanggannya, baik melalui pelayanan umum maupun pelayanan pribadi.
b) Sistem
memproduksi barang yaitu sistem yang memproduksi barang olahan atau barang jadi
yang siap dikonsumsi oleh para pelanggan di masyarakat.[2]
B.
Pengertian
Sistem
Istilah
sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang berarti sehimpunan bagian atau
komponen yang saling berhubungan secara teratur dan merupakan suatu
keseluruhan. Istilah sistem dipakai untuk menunjuk beberapa pengertian
misalnya:
1.
Dipakai untuk menunjuk adanya suatu
himpunan bagian-bagian yang saling berkaitan secara alamiah maupun oleh budi
daya manusia sehingga menjadi suatu kesatuan yang bulat dan terpadu. Misalnya
sistem tata surya.
2.
Sistem dapat menunjuk adanya alat-alat
atau organ tubuh secara keseluruhan yang secara khusus memberikan andil
terhadap berfungsinya fungsi tubuh tertentu yang rumit namun amat vital.
Misalnya sistem syaraf.
3.
Sistem dapat dipakai untuk menunjuk
sehimpunan gagasan atau ide yang tersusun dan terorganisasi sehingga membentuk
suatu kesatuan yang logis. Misalnya sistem pemerintahan demokrasi.
4.
Sistem dapat digunakan untuk menunjuk
suatu hipotesis atau uraian suatu teori. Misalnya pendidikan sistematis.
5.
Sistem dapat digunakan untuk menunjuk
pada suatu cara atau metode. Misalnya sistem mengetik sepuluh jari, sistem
belajar jarak jauh, sistem modul dalam pengajaran.
Zahara Idris (1987) mengemukakan bahwa
sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas komponen-komponen atau
elemen-elemen atau unsur-unsur sebagai sumber-sumber yang mempunyai hubungan
fungsional yang teratur, tidak sekadar acak, yang saling membantu untuk
mencapai suatu hasil (product).
Sebagai contoh, tubuh manusia merupakan suatu sistem yang terdiri atas
komponen-komponen, antara lain jaringan daging, otak, urat-urat, darah, syaraf
dan tulang-tulang. Setiap komponen-komponen itu mempunyai fungsi sendiri-sendiri
(fungsi yang berbeda-beda), dan satu sama lain saling berkaitan sehingga
merupakan suatu kebulatan atau suatu kesatuan yang hidup. Dengan kata lain,
semua komponen itu berinteraksi sedemikian rupa sehingga mencapai tujuan yang
sudah ditetapkan.
Menurut Departemen Pendidikan dan
kebudayaan (1984/1985) setiap sistem mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
a.
Tujuan
Setiap sistem mempunyai
tujuan. Sebagai contoh tujuan lembaga pendidikan adalah memberi pelayanan
pendidikan kepada yang membutuhkan. Tujuan pengajaran adalah agar siswa belajar
perilaku tertentu yang telah ditetapkan terlebih dahulu.
b.
Fungsi-fungsi
Adanya tujuan yang
harus dicapai oleh suatu sistem menuntut terlaksananya berbagai fungsi yang
diperlukan untuk menunjang usaha mencapai tujuan tersebut. Misalnya suatu
lembaga pendidikan dapat memberikan pelayanan pendidikan dengan baik, perlu
adanya fungsi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan penilaian.
c.
Komponen-komponen
Bagian suatu sistem
yang melaksanakan suatu fungsi untuk menunjang usaha mencapai tujuan sistem
disebut komponen. Jadi, sistem ini terdiri dari komponen-komponen dan
masing-masing komponen mempunyai fungsi khusus, misalnya komponen sistem
intruksional meliputi manusia (guru, konselor, administrator, petugas-petugas
lainnya), material (buku, papan tulis, fotografi, slide, film), fasilitas
peralatan dan prosedur, jadwal dan metode. Masing-masing komponen di atas
menjalankan fungsinya untuk mencapai tujuan belajar yang sudah ditetapkan.
Komponen di atas disebut juga komponen integral, yaitu komponen yang harus ada
pada setiap kegiatan instruksional.
d.
Interaksi atau saling hubungan
Semua komponen dalam
suatu sistem, seperti komponen-komponen intruksional tadi saling berhubungan
satu sama lain, saling mempengaruhi dan saling membutuhkan.
e.
Penggabungan yang menimbulkan jalinan
perpaduan
Misalnya dalam kegiatan
belajar mengajar guru berusaha menimbulkan jalinan keterpaduan antara berbagai
komponer instruksional dengan melaksanakan pengembangan sistem instruksional
untuk mencapai hasil belajar yang optimal.
f.
Proses transformasi
Semua sistem mempunyai
misi untuk mencapai suatu tujuan, untuk itu diperlukan suatu proses yang
memproses masukkan (input) menjadi hasil-hasil (output).
g.
Umpan balik untuk koreksi
Untuk mengetahui apakah
masing-masing fungsi terlaksana dengan baik diperlukan fungsi kontrol yang
mencakup monitoring dan koreksi. Hasil monitoring dijadikan dasar pertimbangan
untuk melaksanakan perubahan-perubahan, penentuan, perbaikan, atau
penyesuaian-penyesuaian agar masing-masing berprestasi tinggi.
h.
Daerah batasan dan lingkungan
Antara suatu sistem dan
bagian-bagian lain atau lingkungan di sekitarnya akan terjadi interaksi. Namun,
antara suatu sistem dan sistem yang lain mempunyai daerah batasan tertentu.
Suatu sistem dapat pula merupakan subsistem dari sistem yang lebih besar
(suprasistem).[3]
C.
Pendidikan
Sebagai Suatu Sistem
Pendidikan
merupakan suatu usaha untuk mencapai suatu tujuan pendidikan. Suatu usaha
pendidikan menyangkut tiga unsur pokok, yaitu unsur masukan, unsur proses usaha
itu sendiri, dan unsur hasil usaha. Hubungan ketiga unsur itu dapat digambarkan
sebagai berikut:
Proses
Pendidikan Sebagai Sistem
Keluaran/Hasil
|
Proses
Usaha
|
Masukan
|
Masukan usaha pendidikan ialah peserta
didik dengan berbagai ciri-ciri yang ada pada diri peserta didik itu (antara
lain, bakat, minat, kemampuan, keadaan jasmani). Dalam proses pendidikan
terkait berbagai hal, seperti pendidik, kurikulum, gedung sekolah, buku, metode
mengajar, dan lain-lain. Sedangkan hasil pendidikan dapat meliputi hasil
belajar (yang berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan) setelah selesainya
suatu proses belajar mengajar tertentu. Dalam rangka yang lebih besar, hasil
proses pendidikan dapat berupa lulusan dari lembaga pendidikan (sekolah)
tertentu.
Departemen Pendidikandan Kebudayaan
(1979) menjelaskan pula bahwa “pendidikan merupakan suatu sistem yang mempunyai
unsur-unsur tujuan/ sasaran pendidikan, peserta didik, pengelola pendidikan,
struktur/jenjang, kurikulum dan peralatan/fasilitas.”
Selanjutnya dijelaskan bahwa setiap
unsur dalam sistem pendidikan ini saling berkaitan dan pengaruh mempengaruhi.
Kelemahan salah satu unsur dalam sistem tersebut akan mempengaruhi seluruh
sistem pendidikan itu. Oleh karena itu, dalam usaha mengembangkan sistem
pendidikan, setiap unsur pokok dalam sistem pendidikan harus mendapatkan
perhatian dan pengembangan yang utama.
P.H. Combs (1982) mengemukakan dua belas
komponen pendidikan seperti berikut.
a.
Tujuan dan Prioritas
Fungsinya mengarahkan
kegiatan sistem. Hal ini merupakan informasi tentang apa yang hendak dicapai
oleh sistem pendidikan dan urutan pelaksanaannya. Contohnya ada tujuan umum
pendidikan, yaitu tujuan yang tercantum dalam peraturan perundangan negara,
yaitu tujuan pendidikan nasional, ada tujuan institusional, yaitu tujuan
lembaga tingkat pendidikan dan tujuan program, seperti S1, S2, S3; ada tujuan
kurikuler, yaitu tujuan setiap suatu mata pelajaran / mata kuliah; dan ada
tujuan instruksional pengajaran / mata kuliah. Tujuan yang terakhir ini dibagi
dua pula, yaitu tujuan pengajaran (instruksional) umum dan tujuan pengajaran
(instruksional khusus).
b.
Peserta Didik
Fungsinya ialah
belajar. Diharapkan peserta didik mengalami proses perubahan tingkah laku
sesuai dengan tujuan sistem pendidikan. Contohnya, berapa umurnya, berapa
jumlahnya, bagaimana tingkat perkembangannya, pembawaannya, motivasinya untuk
belajar, dan sosial ekonomi orang tuanya.
c.
Manajemen atau Pengelolaan
Fungsinya mengkoordinasikan,
mengarahkan, dan menilai sistem pendidikan. Komponen ini bersumber pada sistem
nilai dan cita-cita yang merupakan informasi tentang pola kepemimpinan dalam
pengelolaan sistem pendidikan, contohnya, pemimpin yang mengelola sistem
pendidikan itu bersifat otoriter, demokratis, atau laissez-faire.
d.
Struktur dan Jadwal Waktu
Fungsinya mengatur
pembagian waktu dan kegiatan. Contohnya, pembagian waktu ujian, wisuda,
kegiatan perkuliahan, seminar, kuliah kerja nyata, kegiatan belajar mengajar
dan program pengalaman lapangan.
e.
Isi dan Bahan Pengajaran
Fungsinya untuk
menggambarkan luas dan dalamnya bahan pelajaran yang harus dikuasai peserta
didik. Juga mengarahkan dan mempolakan kegiatan-kegiatan dalam proses
pendidikan. Contohnya, isi bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran atau
mata kuliah, dan untuk pengalaman lapangan.
f.
Guru dan Pelaksana
Fungsinya menyediakan
bahan pelajaran dan menyelenggarakan proses belajar untuk peserta didik.
Contohnya, pengalaman dalam mengajar, status resminya guru yang sudah diangkat
atau tenaga sukarela dan tingkatan pendidikannya.
g.
Alat Bantu Belajar
Fungsinya untuk
memungkinkan terjadinya proses pendidikan yang lebih menarik dan lebih
bervariasi. Contohnya, film, buku, papan tulis, peta.
h.
Fasilitas
Fungsinya untuk tempat
terselenggaranya proses pendidikan. Contohnya, gedung dan laboratorium beserta
perlengkapannya.
i.
Teknologi
Fungsinya memperlancar
dan meningkatkan hasil guna proses pendidikan. Yang dimaksud dengan teknologi
ialah semua teknik yang digunakan sehingga sistem pendidikan berjalan dengan
efisien dan efektif. Contohnya, pola komunikasi satu arah, artinya guru
menyampaikan pelajaran dengan berceramah, peserta didik mendengarkan dan
mencatat; atau pola komunikasi dua arah, artinya ada dialog antara guru dan
peserta didik.
Pada pola terakhir ini
peserta didik banyak yang mempunyai kesempatan untuk bertanya, mengajukan
pendapat kepada guru, teman-teman yang duduk di kiri-kanannya, atau antar
peserta didik.
Contoh yang lain,
teknik yang digunakan guru tidak pernah menggunakan alat bantu belajar, hanya
berceramah.
j.
Pengawasan Mutu
Fungsinya membina
peraturan-peraturan dan standar pendidikan. Contohnya, peraturan tentang
penerimaan anak/peserta didik dan staf pengajar, peraturan ujian, dan
penilaian.
k.
Penelitian
Fungsinya untuk memperbaiki
dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan penampilan sistem pendidikan. Contohnya,
dulu bangsa Indonesia belum mampu membuat kapal terbang dan mobil tetapi
sekarang bangsa Indonesia sudah pandai. Sebelum tahun 1980-an, kebanyakan
perguruan tinggi di Indonesia belum melaksanakan sistem Satuan Kredit Semester
(SKS), sekarang hampir seluruh perguruan tinggi telah melaksanakannya.
l.
Biaya
Fungsinya melancarkan
proses pendidikan dan menjadi petunjuk tentang tingkat efesiensi sistem
pendidikan. Contohnya, sekarang biaya pendidikan menjadi tanggung jawab bersama
antara keluarga, pemerintah dan masyarakat.
Pendidikan sebagai
suatu sistem dapat pula digambarkan dalam bentuk model dasar input-output
berikut ini.
Model
Input-Output Pendidikan
Lingkungan Lingkungan
Hasil
Pendidikan
|
Sistem
Pendidikan
|
Masukan
Pendidikan
|
Segala sesuatu yang
masuk dalam sistem dan berperanan dalam proses pendidikan disebut masukan
pendidikan. Lingkungan hidup menjadi sumber masukan pendidikan.[4]
D.
Pengertian
Pendidikan Nasional
Menurut
Sunarya (1969), Pendidikan nasional adalah suatu sistem pendidikan yang berdiri
di atas landasan dan dijiwai oleh falsafah hidup suatu bangsa dan tujuannya
bersifat mengabdi kepada kepentingan dan cita-cita nasional bangsa tersebut.
Sementara
itu, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1976), merumuskan bahwa pendidikan
nasional ialah suatu usaha untuk membimbing para warga negara Indonesia menjadi
Pancasila, yang berpribadi, berdasarkan akan Ketuhanan berkesadaran masyarakat
dan mampu membudayakan alam sekitar.
Dalam
Undang-undang RI No. 2 Tahun 1989 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bab I
Pasal 2 berbunyi: Pendidikan Nasional adalah pendidikan yang berakar pada
kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Dasar ini
dapat dilihat dari Pembukaan UUD 1945 alinea 4 dan batang tubuh UUD 1945 Bab
XIII Pasal 31.[5]
E.
Pendidikan
Nasional Sebagai Suatu Sistem
Menurut
Undang-undang Republik Indonesia No. 2 Tahun 1989, Tentang Sistem Pendidikan
Nasional dikemukakan Pendidikan Nasional adalah usaha sadar untuk menyiapkan
peserta didik melalui bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya
di masa yang akan datang.
Sebagai
suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai tujuan yang jelas, seperti yang
dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa Pendidikan Nasional bertujuan
mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia seutuhnya, yaitu
manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi
pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, sehat jasmani dan rohani,
berkepribadian yang mantap dan mandiri serta bertanggung jawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Berdasarkan
tujuan pendidikan nasional itulah dilaksanakan proses pendidikan di Indonesia.
Setiap lima tahun sekali biasanya ditetapkan tujuan pendidikan nasional itu
dalam Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dijelaskan dalam Garis-garis
Besar Haluan Negara (GBHN).
Zahar
Idris (1987) mengemukakan bahwa “Pendidikan nasional sebagai suatu sistem
adalah karya manusia yang terdiri dari komponen-komponen yang mempunyai
hubungan fungsional dalam rangka membantu terjadinya proses transformasi atau
perubahan tingkah laku seseorang sesuai dengan tujuan nasional seperti
tercantum dalam Undang Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.
Dalam
rangka mencapai tujuan nasional itu, pendidikan merupakan salah satu sistem, di
samping sistem-sistem lainnya seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial
budaya, pertahanan dan keamanan.
Reja
Mudyaharjo dan Waini Rasyidin mengemukakan, pendidikan nasional Indonesia
merupakan sistem sosial dan salah satu sektor dalam keseluruhan kehidupan
bangsa yang sedang membangun. Lalu menurut Katz dan Kahn, sistem sosial
merupakan sebuah kesatuan peristiwa, atau kejadian yang dilakukan sekelompok
orang untuk mencapai suatu hasil yang diharapkan. Sebagai sistem sosial,
pendidikan merupakan sistem terbuka yang oleh Katz dan Kahn diberi definisi
sebagai sistem yang memperoleh masukan dari lingkungan dan memberikan hasil
transformasinya kepada lingkungan.
Selanjutnya
dijelaskan bahwa ciri-ciri umum sistem terbuka, yaitu:
a. Mengambil
energi (masukan) dari lingkungan.
b. Mentransformasikan
energi yang tersedia.
c. Memberikan
hasil kepada lingkungan.
d. Sistem
merupakan rangkaian peristiwa atau kejadian yang terus menerus berlangsung.
e. Untuk
dapat hidup terus, sistem harus bergerak melawan proses entropi/kehancuran.
f. Masukan
sistem tidak hanya hal-hal yang bersifat materiil, tetapi juga berupa informasi
yang mengambilnya bersifat selektif dan balikannya merupakan balikan negatif.
g. Dalam
sistem terdapat keadaan statis dan keseimbangan intern (homeostatis) yang dinamis.
h. Sistem
bergerak menuju untuk melakukan peranan-peranan yang semakin berdiferensiasi.
i.
Sistem dapat mencapai akhir yang sama
dengan kondisi awal yang berbeda dan dengan cara-cara pencapaian yang tidak
sama.
Kehidupan bangsa merupakan lingkungan
pendidikan dan supra sistem dari sistem pendidikan yang bekerja bersama-sama
dengan sistem lainnya (misalnya, ekonomi, politik, agama) dalam rangka mencapai
tujuan nasional.
Jika dihubungkan dengan pembangunan
nasional maka hakikat tujuan nasional ialah pembangunan manusia Indonesia
seutuhnya dan membangun seluruh rakyat Indonesia. Motor penggerak utama
pembangunan ialah unsur manusia itu sendiri, sedangkan kemajuan teknologi,
pengetahuan, dan modal adalah unsur penunjang.
Pada Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No.2 Tahun 1989, Bab II Pasal 4 juga dijelaskan pengertian manusia
Indonesia seutuhnya.
Pembangunan manusia Indonesia seutuhnya
(MIS) meliputi tujuh potensi kepribadian sikap dasar dan lima wawasan dasar
seperti berikut.
a.
Potensi kepribadian manusia Indonesia
seutuhnya secara integral meliputi panca indera yang sehat; pikir dan daya
penalaran; perasaan yang halus, etis dan estetis; karsa yang kuat dan tulus;
daya cipta yang kaya sebagai potensi kreatifitas; karya, darma bakti dan amal
dalam kehidupan; dan budi nurani yang luhur sebagai prwujudan martabat
kepribadian manusia.
b.
Sikap dasar yang menjadi substansi utama
dalam pembinaan manusia Indonesia seutuhnya, seperti berikut:
1) Sikap
hidup sehat; sadar dan selalu memelihara makanan sehat (bergizi), olah raga
yang teratur, istirahat dan rekreasi yang cukup.
2) Sikap
hidup hemat, hidup sederhana, berdaya guna dan suka menabung.
3) Sikap
hidup cermat (telaten); cermat berbicara, menulis, bekerja, membeli dan menjual
(agar tidak mudah tertipu).
4) Sikap
hidup rajin; belajar dan bekerja, mendayagunakan waktu, tenaga dan sumber alam
secara produktif.
5) Sikap
hidup yang berdisiplin; setia dan bertanggung jawab/sadar akan disiplin waktu,
setia dan sadar akan disiplin hukum kenegaraan dan kemasyarakatan; setia dan
sadar serta tulus dalam menunaikan kewajiban-kewajiban moral keagamaan.
6) Sikap
hidup berani dan berilmu; berani merintis cita-cita dan gagasan yang
prospektif; mendasarkan diri dan gagasan atas nilai-nilai ilmu pengetahuan,
penalaran yang sehat.
7) Menurut
hati nurani secara sadar dan penuh tanggung jawab menuju kehidupan mandiri.
c.
Wawasan dasar manusia Indonesia
seutuhnya.
Manusia Indonesia
seutuhnya mempunyai wawasan mendasar dalam mempertimbangan dan menetapkan sikap
dan keputusan serta tindakan. Wawasan dasar ini meliputi:
1) Wawasan
yang seimbang antara potensi, kebutuhan dan nilai jasmani dengan rohani dalam
kepribadian manusia.
2) Wawasan
yang seimbang antara kehidupan individualistis dengan kemasyarakatan (pribadi
dan sosial) berdasarkan tata nilai sosial budaya dan kenegaraan.
3) Wawasan
yang seimbang antara kehidupan dunia dan akhirat dengan tata nilai religius
yang diyakini masing-masing.
4) Wawasan
kesejahteraan; sadar bahwa manusia masa kini adalah pewaris cita-cita
pendahulunya dan pembina masa depan demi generasi penerus. Sejarah adalah mata
rantai perjuangan bangsa dan pasang surut sosial budaya bangsa yang
berkesinambungan.
5) Wawasan
yang seimbang antara subyek manusia dan alam lingkupan hidup; antara subyek
warga negara dan Tanah air. Manusia hidup dalam kondisi alam yang sehat dan
subur; manusia bertanggung jawab atas terpeliharanya kondisi alam yang
demikian. Hendaknya isi pendidikan nasional disesuaikan dengan tujuan
pendidikan yang tercantum di dalam GBHN, seperti GBHN 1978 dan GBHN 1983 di
atas (dan dalam GBHN-GBHN seterusnya) dengan tujuh nilai dan sikap hidup, serta
gambaran-gambaran manusia Indonesia seutuhnya yang meliputi potensi kepribadian
tujuh sikap dasar dan lima wawasan seperti yang diuraikan di atas.[6]
F.
Manfaat
Pendekatan Sistem dalam Pembelajaran
Merencanakan
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan sistem memiliki beberapa manfaat, di
antaranya:
Pertama,
melalui pendekatan sistem, arah dan tujuan pembelajaran dapat direncanakan
dengan jelas. Mengajar adalah proses yang bertujuan. Mau dibawa ke mana siswa?
Apa yang harus mereka lakukan dalam proses pembelajaran? Semuanya tergantung
pada tujuan yang ingin dicapai. Melalui tujuan itulah kita dapat menetapkan
arah dan sasaran dengan pasti.
Perumusan
tujuan merupakan salah satu karakteristik pendekatan sistem. Penentuan
komponen-komponen pembelajaran pada dasarnya diarahkan untuk mencapai tujuan.
Dengan demikian, segala usaha baik guru maupun siswa diarahkan untuk mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu, melalui pendekatan sistem setiap
guru dapat lebih memahami tujuan dan arah pembelajaran, sehingga melalui tujuan
yang jelas, bukan saja dapat menentukan langkah-langkah pembelajaran dan
pengembangan komponen yang lainnya, akan tetapi juga dapat dijadikan kriteria
efektivitas proses pembelajaran.
Dapat
kita bayangkan apa yang akan terjadi, manakala dalam suatu proses pembelajaran
tanpa adanya tujuan yang jelas. Tentu, proses pembelajaran tidak akan menjadi
fokus, dalam arti pembelajaran akan menjadi tidak bermakna serta sulit
menentukan efektivitas proses pembelajaran.
Kedua,
pendekatan sistem menuntun guru pada kegiatan yang sistematis. Berpikir secara
sistem adalah berpikir runtut, sehingga melalui langkah-langkah yang jelas dan
pasti memungkinkan hasil yang diperoleh akan maksimal. Sebab melalui langkah
yang sistemis kita dituntun untuk melakukan proses pembelajaran setahap demi
setahap dari seluruh rangkaian kegiatan, sehingga kemungkinan kegagalan dapat
dihindari. Dengan demikian, pendekatan sistem juga dapat menhindari
kegiatan-kegiatan yang tidak perlu dilakukan.
Ketiga,
pendekatan sistem dapat merancang pembelajaran dengan mengoptimalkan segala
potensi dan sumber daya yang tersedia. Sistem dirancang agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara optimal. Dengan demikian, berpikir sistemis
adalah berpikir bagaimana agar tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai oleh
siswa. Demi ketercapaian tujuan pembelajaran dalam kerangka sistem itulah
setiap guru berusaha memanfaatkan seluruh potensi yang relevan dan tersedia.
Keempat,
pendekatan sistem dapat memberikan umpan balik. Melalui proses umpan balik
dalam pendekatan sistem, dapat diketahui apakah tujuan itu telah berhasil
dicapai atau belum. Hal ini sangat penting sebab mempunyai tujuan merupakan
tujuan utama dalam berpikir sistemik. Misalnya, manakala berdasarkan umpan
balik diketahui tujuan tidak berhasil dicapai, komponen mana yang perlu
diperbaiki, dan komponen mana yang perlu dipertahankan? Apakah setiap komponen
harus dilakukan penyesuaian atau hanya komponen tertentu saja? Bagaimana kadar
perbaikan setiap komponen tersebut? Semua itu dapat diperoleh dari hasil kajian
umpan balik.[7]
G.
Komponen
Sistem Pembelajaran
Perencanaan
pembelajaran adalah proses pengambilan keputusan hasil berpikir secara rasional
tentang sasarandan tujuan pembelajaran tertentu, serta rangkaian kegiatan yang
harus dilaksanakan sebagai upaya pencapaian tujuan tersebut dengan memanfaatkan
segala potensi dan sumber belajar yang ada. Perencanaan pembelajaran mengarah
pada proses Tupenerjemahan kurikulum yang berlaku. Sedangkan, desain
pembelajaran menekankan pada merancang program pembelajaran untuk membantu
proses belajar siswa. Hal inilah yang membedakan keduanya. Perencanaan
berorientasi pada kurikulum; sedangkan desain berorientasi pada proses pembelajaran.
Namun
demikian, baik pengembangan perencanaan maupun pengembangan desain pembelajaran
keduanya disusun berdasarkan pendekatan sistem. Kalau kita anggap perencanaan
pembelajaran sebagai suatu sistem, maka di dalamnya harus memiliki
komponen-komponen yang berproses sesuai dengan fungsinya hingga tujuan
pembelajaran tercapai secara optimal.
Berdasarkan
gambar tersebut terdapat beberapa komponen sistem pembelajaran yakni:
1.
Siswa
Proses
pembelajaran pada hakikatnya diarahakan untuk membelajarkan siswa agar dapat
mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dengan demikian, maka proses
pengembangan perencanaan dan desain pembelajaran, siswa harus dijadikan pusat
dari segala kegiatan. Artinya, keputusan-keputusan yang diambil dalam
perencanaan dan desain pembelajaran disesuaikan dengan kondisi siswa yang
bersangkutan, baik sesuai dengan kemampuan dasar, minat dan bakat, motivasi
belajar, dan gaya belajar siswa itu sendiri.
Analisis
siswa merupakan suatu hal yang penting sebelum merencanakan suatu proses
perencanaan pembelajaran. Misalnya, kita membutuhkan informasi tentang apa saja
yang harus diketahui oleh mereka sesuai dengan tuntutan kurikulum? Apa saja
yang sudah mereka ketahui dan mana saja yang belum diapahami? Masalah apa saja
yang mereka hadapi dalam proses belajar? Adakah sesuatu yang mereka harapkan
dalam proses pembelajaran dan lain sebagainya. Apabila kita telah memahami
persoalan-persoalan yang berhubungan dengan siswa, maka selanjutnya kita dapat
memulai melakukan proses perencanaan dan menyusun desain. Jadi dengan demikian,
keputusan apapun yang harus kita ambil sebaiknya berangkat dari kondisi siswa
yang akan kita belajarkan.
2.
Tujuan
Tujuan
adalah komponen terpenting dalam pembelajaran setelah komponen siswa sebagai
subjek belajar.
Dalam
konteks pendidikan, persoalan tujuan merupakan persoalan tentang misi dan visi
suatu lembaga pendidikan itu sendiri. Artinya tujuan penyelenggaraan pendidikan
diturunkan dari visi dan misi lembaga pendidikan itu sendiri, misalnya:
·
Melatih siswa agar memiliki kemampuan
tinggi dalam bidang permesinan.
·
Mengajarkan keterampilan dasar bagi
siswa.
·
Memberikan jaminan agar lulusan menjadi
tenaga kerja yang efektif dalam bidang tertentu, memiliki kreativitas yang
tinggi dan lain sebagainya.
Selanjutkan tujuan yang bersifat umum
itu diterjemahankan menjadi tujuan yang lebih spesifik, misalnya:
·
Mempersiapkan siswa agar menguasai
bidang permesinan X (contohnya mesin diesel).
·
Memberikan pelajaran agar siswa memiliki
kemampuan dalam membaca, menulis, dan berhitung.
·
Menjadi agar lulusan memiliki kemampuan
untuk dapat berkarier atau bekerja dalam bidang ekonomi, consumer information, musik dan seni, serta bidang olahraga.
Tujuan-tujuan tersebut sebenarnya
merupakan arah yang harus dijadikan rujukan dalam proses pembelajaran. Artinya
tujuan-tujuan khusus, yang dirumuskan harus berorientasi pada pencapaian tujuan
umum tersebut. Tujuan-tujuan khusus yang direncanakan oleh guru meliputi:
a.
Pengetahuan, informasi, serta pemahaman
sebagai bidang kognitif.
b.
Sikap dan apresiasi sebagai tujuan
bidang afektif.
c.
Berbagai kemampuan sebagai bidang
psikomotorik.
Dalam konteks pembelajaran, tujuan
khusus dirumuskan sebagai teknik untuk mencapai tujuan pendidikan.
3.
Kondisi
Kondisi
adalah berbagai pengalaman belajar yang dirancang agar siswa dapat mencapai
tujuan khusus seperti yang telah dirumuskan. Pengalaman belajar harus mendorong
agar siswa aktif belajar baik secara fisik maupun nonfisik. Merencanakan
pembelajaran salah satunya adalah menyediakan kesempatan pada siswa untuk
belajar sesuai dengan gaya belajarnya sendiri.demikian juga dalam mendesain
pembelajaran desainer perlu menciptakan kondisi agar siswa dapat belajar dengan
penuh motivasi dan penuh gairah. Oleh sebab itu, tugas guru adalah
memfasilitasi pada siswa agar mereka belajar sesuai dengan minat, motivasi, dan
gayanya sendiri. Semuanya itu bisa dirancang melalui pendekatan belajar secara
klasikal dalam kelompok kelas besar, kelompok kelas kecil dan bahkan belajar
secara mandiri. Namun demikian, walaupun para desainer menggunakan berbagai
pendekatan pada akhirnya sasaran akhir adalah bagaimana agar setiap individu
dapat belajar. Oleh karena itu, tekanan dalam menentukan kondisi belajar adalah
siswa secara individual.
4.
Sumber-sumber Belajar
Sumber
belajar berkaitan dengan segala sesuatu yang memungkinkan siswa dapat
memperoleh pengalaman belajar. Di dalamnya meliputi lingkungan fisik seperti
tempat belajar, bahan dan alat yang dapat digunakan, personal seperti guru,
petugas perpustakaan dan ahli media, dan siapa saja yang berpengaruh baik
langsung maupun tidak langsung untuk keberhasilan dalam pengalaman belajar.
Dalam proses merencanakan pembelajaran, perencana harus dapat menggambarkan apa
yang harus dilakukan guru dan siswa dalam memanfaatkan sumber belajar secara
optimal. Sedangkan dalam mendesain pembelajaran para desainer perlu menentukan
sumber belajar apa dan bagaimana cara memanfaatkannya.
5.
Hasil Belajar
Hasil
belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan
tujuan khusus yang direncanakan. Dengan demikian, tugas utama guru dalam
kegiatan ini adalah merancang instrumen yang dapat mengumpulkan data tentang
keberhasilan siswa mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan data tersebut guru
dapat mengembangkan dan memperbaiki program pembelajaran. Sedangkan, tugas
seorang desainer dalam menentukan hasil belajar selain menentukan instrumen
juga perlu merancang cara menggunakan instrumen beserta kriteria
keberhasilannya. Hal ini perlu dilakukan, sebab dengan kriteria yang jelas
dapat ditentukan apa yang harus dilakukan siswa dalam mempelajari isi atau
bahan pelajaran.[8]
H.
Kriteria
dan Variabel-variabel yang Dapat Memengaruhi Sistem Pembelajaran
1.
Hasil Belajar Sebagai Kriteria
Keberhasilan Sistem Pembelajaran
Pembelajaran
merupakan suatu sistem yang kompleks yang keberhasilannya dapat dilihat dari
dua aspek, yakni aspek produk dan aspek proses. Kedua sisi ini sama pentingnya,
bagaikan dua buah sayap pada seekor burung. Seharusnya keberhasilan suatu
sistem pembelajaran ditentukan oleh sisi produk dan sisi proses. Keberhasilan
pembelajaran yang hanya dilihat dari satu sisi saja tidak akan sempurna.
Keberhasilan
pembelajaran dilihat dari sisi produk adalah keberhasilan siswa mengenai hasil
yang diperoleh dengan mengabaikan proses pembelajaran. Misalkan, ketika guru
merumuskan tujuan atau kompetensi yang harus dicapai: diharapkan siswa dapat menyebutkan 2x2, maka pembelajaran dianggap
berhasil manakala siswa dapat menyebutkan atau menuliskan angka 4, tanpa perlu
menguraikan dari mana angka 4 itu didapat.
Keberhasilan
pembelajaran dilihat dari sisi hasil memang mudah dilihat dan ditentukan
kriterianya, akan tetapi hal ini dapat mengurangi makna proses pembelajaran
sebagai proses yang mengandung nilai-nilai pendidikan. Dengan kata lain
keberhasilan pembelajaran yang hanya melihat sisi hasil sama halnya dengan
mengerdilkan makna pembelajaran itu sendiri.
Dewasa
ini, dengan sistem kelulusan diukur dari keberhasilan siswa dapat menjawab
soal-soal tes seperti yang disajikan dalam soal Ujian Negara, maka kriteria
terhadap hasil belajar menjadi tren bagi guru-guru kita. Upaya guru di dalam
kelas mengutamakan agar siswa dapat menjawab setiap pertanyaan secara tepat dan
cepat, sehingga apa yang dilakukan guru-guru cenderung untuk mengabaikan proses
pembelajaran sebagai proses yang mengandung unsur-unsur edukatif. Dengan
demikian strategi-strategi pembelajaran yang berorientasi pada proses belajar
seperti CTL, problem solving, inkuiri, dan lain sebagainya menjadi tidak
bermakna. Guru-guru di sekolah yang berperan sebagai manager of teaching berupaya dengan sekuat tenaga agar siswa mampu
menjawab soal-soal yang diprediksi akan keluar dalam ujian secara cepat dan
tepat.
Kemudian
apa makna dari semua ini? Ya, maknanya adalah kita telah mempersempit
pengertian kompetensi sebagai perpaduan aspek kognitif, afektif dan
psikomotorik yang dapat diimplementasikan pada cara bertindak sehari-hari
menjadi kemampuan menjawab soal-soal ujian dalam mata pelajaran yang diujikan.
Manakala kita menetapkan kriteria keberhasilan pendidikan diukur dari hasil
belajar seperti itu, maka kita perlu konsisten dan tidak malu-malu mengatakan
bahwa tujuan pendidikan kita yang paling utama adalah penguasaan materi
pelajaran bukan pembentukan sikap mandiri yang kreatif, berakhlak mulia, dan
memiliki tanggung jawab. Dengan demikian, kita perlu melatih dan membekali
guru-guru kita dengan berbagai strategi yang dapat mengembangkan kemampuan
siswa untuk menguasai materi pelajaran sebanyak-banyaknya.
2.
Variabel yang Berpengaruh Terhadap
Keberhasilan Sistem Pembelajaran
Variabel
yang dapat memengaruhi kegiatan proses sistem pembelajaran di antaranya adalah
guru, faktor siswa, sarana, alat dan media yang tersedia, serta faktor
lingkungan.
a.
Faktor guru
Keberhasilan
suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini
disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa.
Dalam sistem pembelajaran guru bisa berperan sebagai perencana (planer) atau desainer pembelajaran,
secara implementator dan atau mungkin keduanya. Sebagai perencana guru dituntut
untuk memahami secara benar kurikulum yang berlaku, karakteristik siswa,
fasilitas dan sumber daya yang ada, sehingga semuanya dijadikan
komponen-komponen dalam menyusun rencana dan desain pembelajaran.
Dalam
pelaksanaan perannya sebagai implementator rencana dan desain pembelajaran guru
bukanlah hanya berperan sebagai model atau teladan bagi siswa yang diajarnya
akan tetapi juga sebagai pengelola pembelajaran (manager of learning). Dengan demikian efektivitas proses
pembelajaran terletak di pundak guru. Oleh karenanya, keberhasilan suatu proses
pembelajaran sangat ditentukan oleh kualitas atau kemampuan guru. Norman Kirby
(1981) menyatakan: “One underlying emphasis should be noticeable: that the
quality of the teacher is the essential, constant feature in the success of any
educational system”.
Menurut
Dunkin (1974) ada sejumlah aspek yang dapat memengaruhi kualitas guru, yaitu:
“teacher formative experience, teacher training experience dan teacher
properties”.
Teacher formative experience,
meliputi jenis kelamin serta semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar
belakang sosial mereka. Yang termasuk kedalam aspek ini diantaranya meliputi
tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang budaya dan adat
istiadat, keadaan keluarga dari mana guru itu berasal, misalkan apakah guru itu
berasal dari guru yang tergolong mampu atau tidak; apakah mereka berasal dari
keluarga harmonis atau bukan.
Teacher training experience, meliputi
pengalaman-pengalaman yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang
pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional, tingkatan pendidikan,
pengalaman jabatan, dan lain sebagainya.
Teacher properties,
adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan sifat yang dimiliki guru misalnya
sikap guru terhadap profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan atau
intelegensi pengelolaan pembelajaran
termasuk di dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi pembelajaran
maupun kemampuan dalam penguasaan materi pelajaran.
b.
Faktor siswa
Siswa
adalah organisme yang unik yang berkembang sesuai dengan tahap perkembangannya.
Perkembangan anak adalah perkembangan seluruh aspek kepribadiannya, akan tetapi
tempo dan irama perkembangan masing-masing anak pada setiap aspek tidak selalu
sama. Proses pembelajaran dapat dipengaruhi oleh perkembangan anak yang tidak
sama itu, di samping karakteristik lain yang melekat pada diri anak.
Sikap
dan penampilan siswa dalam proses pembelajaran, juga merupakan aspek lain yang
dapat memengaruhi sistem pembelajaran. Adakalanya ditemukan siswa yang sangat
aktif dan ada pula siswa yang pendiam, tidak sedikit juga ditemukan siswa yang
memiliki motivasi yang rendah dalam belajar. Semua itu akan memengaruhi proses
pembelajaran di dalam kelas. Sebab, bagaimanapun faktor siswa dan guru
merupakan faktor yang sangat menentukan dalam interaksi pembelajaran.
c.
Faktor sarana dan prasarana
Sarana
adalah segala sesuatu yang mendukung secara langsung terhadap kelancaran proses
pembelajaran, misalnya media pembelajaran, alat-alat pelajaran, perlengkapan
sekolah dan lain sebagainya; sedangkan prasarana adalah segala sesuatu yang
secara tidak langsung dapat mendukung keberhasilan proses pembelajaran misalnya,
jalan menuju sekolah, penerangan sekolah, kamar kecil, dan lain sebagainya.
Kelengkapan sarana dan prasarana akan membantu guru dalam penyelenggaraan
proses pembelajaran; dengan demikian sarana dan prasarana merupakan komponen
penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran.
d.
Faktor lingkungan
Dilihat
dari dimensi lingkungan ada dua faktor yang dapat memengaruhi proses
pembelajaran yaitu faktor organisasi kelas dan faktor iklim sosial psikologis.
Faktor
organisasi kelas yang di dalamnya meliputi jumlah siswa dalam satu kelas
merupakan aspek penting yang dapat memengaruhi proses pembelajaran. Organisasi
kelas yang terlalu besar akan kurang efektif untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
Faktor
lain dari dimensi lingkungan yang dapat memengaruhi proses pembelajaran adalah
faktor iklim sosial-psikologis, maksudnya adalah keharmonisan hubungan antara
orang yang terlibat dalam proses pembelajaran. Iklim sosial ini dapat terjadi
secara internal maupun eksternal.
Secara internal,
adalah hubungan antara orang yang terlibat dalam lingkungan sekolah. Sedangkan
secara eksternal, adalah keharmonisan hubungan antara pihak sekolah dengan
dunia luar.[9]
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Sistem berasal dari bahasa Yunani “systema”, yang
berarti sehimpunan bagian atau komponen yang saling berhubungan secara teratur
dan merupakan suatu keseluruhan. Sistem mempunyai tujuan, fungsi-fungsi,
komponen-komponen, saling hubungan, penggabungan yang menimbulkan jalinan
perpaduan, proses transformasi, umpan balik untuk koreksi, serta daerah batasan
dan lingkungan.
Komponen-komponen pendidikan ada dua belas yaitu,
tujuan dan prioritas, peserta didik, manajemen atau pengelolaan, struktur dan
jadwal waktu, isi dan bahan pengajaran, guru dan pelaksana, alat bantu belajar,
fasilitas, teknologi, pengawasan mutu, penelitiandan biaya.
Sebagai suatu sistem, pendidikan nasional mempunyai
tujuan yang jelas, seperti yang dicantumkan pada undang-undang pendidikan bahwa
Pendidikan Nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan
manusia seutuhnya.
Variabel yang dapat memengaruhi kegiatan proses
sistem pembelajaran di antaranya adalah guru, faktor siswa, sarana, alat dan
media yang tersedia, serta faktor lingkungan.
B.
Saran
Untuk perangkat sekolah seharusnya memperhatikan
akan sistem pendidikan di sekolahnya masing-masing, apakah sudah berjalan
dengan baik atau belum. Hendaknya disegerakan untuk memperbaiki sistem-sistem
pendidikan yang tidak bagus, guna untuk memajukan pendidikan bagi anak, agar
anak dapat dengan nyaman mempelajari pelajaran yang diberikan.
Juga diharapkan pada pemerintah untuk membantu
perangkat-perangkat sekolah untuk memperbaiki sistem pendidikan
disekolah-sekolah, terutama sekolah yang terletak di pedalaman desa.
DAFTAR PUSTAKA
Ihsan,
Fuad. Dasar-dasar Kependidikan. Jakarta:
Rineka Cipta, 2010.
Mudyahardjo,
Redja. Pengantar Pendidikan. Jakarta;
Rajawali Press, 2012.
Sanjaya,
Wina. Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012.
[1] Redja
Mudyahardjo, Pengantar Pendidikan, Jakarta:
Rajawali Pers, 2012, Cet. 7, hal. 40
[2] Ibid,
hal. 41
[3] Fuad
Ihsan, Dasar-dasar Kependidikan,
Jakarta: Rineka Cipta, 2010, Cet. 6, hal. 107
[4] Ibid,
hal. 110
[5] Ibid,
hal. 114
[6] Ibid,
hal. 115
[7] Wina
Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem
Pembelajaran, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2012, Cet. 5, hal. 7
[8] Ibid,
hal. 9
[9] Ibid,
hal. 13
0 komentar:
Posting Komentar